Legenda Pesut Mahakam: Kisah Tragis di Balik Mamalia Air Kalimantan

Samarinda, IDN Times - Sungai Mahakam, salah satu sungai terbesar di Kalimantan, bukan hanya terkenal dengan keindahannya, tetapi juga keberagaman hayatinya. Salah satu penghuni ikonik sungai ini adalah pesut Mahakam, mamalia air yang menyerupai lumba-lumba dan bernapas melalui paru-paru.
Menariknya, masyarakat sekitar percaya bahwa pesut bukan sekadar hewan biasa, melainkan jelmaan manusia dari sebuah kisah tragis yang turun-temurun diceritakan.
1. Ditinggalkan oleh ibu
Dahulu, di sebuah dusun di tepian Sungai Mahakam, hiduplah sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari ayah, ibu, serta dua anak mereka. Sang ayah adalah seorang nelayan, sementara ibu mereka rajin mengurus rumah dan kebun. Namun, kebahagiaan itu berubah ketika sang ibu jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia.
Sejak kepergian ibunya, keluarga ini dilanda kesedihan mendalam. Sang ayah menjadi pendiam dan kehilangan semangat hidup, sementara kedua anaknya kebingungan menghadapi keadaan yang penuh duka. Rumah mereka pun terbengkalai, dan kehidupan keluarga itu semakin kacau.
Suatu hari, di dusun tersebut digelar pesta adat yang selalu dinantikan warga. Salah satu pertunjukan paling menarik adalah kehadiran seorang gadis cantik yang menjadi pusat perhatian. Kecantikannya begitu memukau hingga membuat sang ayah kembali bersemangat. Tak lama setelahnya, ia menikahi gadis itu, berharap kehidupan mereka kembali bahagia.
Namun, kehadiran ibu tiri membawa penderitaan bagi kedua anaknya. Mereka kerap diperlakukan tidak adil, bahkan sering kelaparan karena ibu tiri hanya memberi mereka makan saat sang ayah berada di rumah. Hingga akhirnya, pasangan tersebut merencanakan hal mengerikan: menyingkirkan kedua anak itu secara diam-diam.
2. Pelarian berujung bencana
Suatu hari, kedua anak itu menyadari rencana jahat ibu tiri dan mencoba melarikan diri. Dalam keputusasaan, mereka berlari ke tepi Sungai Mahakam. Namun, sebelum sempat bertemu kembali dengan ayah mereka, sesuatu yang ajaib terjadi. Tubuh mereka berubah, perlahan-lahan menyatu dengan air sungai, hingga akhirnya menjelma menjadi pesut Mahakam.
Sang ayah dan ibu tiri yang mencoba mencari mereka hanya bisa terpana melihat perubahan tersebut. Kedua anak itu kini telah menjadi makhluk air yang menyemburkan air dari kepala mereka—simbol dari air mata dan kesedihan yang mendalam.
3. Legenda yang tetap hidup
Legenda ini terus hidup dalam cerita rakyat Kalimantan. Pesut Mahakam kini menjadi simbol keberlanjutan ekosistem Sungai Mahakam dan sekaligus mengingatkan kita akan kisah tragis yang melatarbelakanginya. Meskipun hanya legenda, kisah ini menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat setempat dan semakin menguatkan pesut Mahakam sebagai ikon Kalimantan Timur.
Sampai sekarang, melihat pesut Mahakam berenang di perairan Sungai Mahakam tetap menjadi pengalaman yang magis. Sebuah kisah yang penuh kesedihan, namun tetap abadi di hati masyarakat.