3 Jenis Konflik yang Sering Bikin Gak Akur dengan Saudara Ipar

Keseringan hadapi 'perang dingin'

Balikpapan, IDN Times - Konflik dengan saudara ipar adalah situasi yang sering terjadi dalam kehidupan keluarga. Tidak seperti perselisihan pada umumnya, konflik ini sering kali memiliki dinamika yang lebih kompleks karena melibatkan hubungan yang sudah terbentuk sebelumnya.

Berselisih paham dengan saudara ipar adalah hal yang paling tidak menyenangkan. Sebab ikatan tersebut tak bisa dihilangkan dalam hubungan pribadi dan harus dihadapi sepanjang hidup. Kenyataannya, tidak akur dengan ipar bisa membuat hubungan keluarga menjadi renggang.

Berikut ini merupakan tiga jenis konflik yang sering terjadi dengan ipar di dalam keluarga. Apakah kamu juga pernah mengalaminya?

1. Perbedaan pendapat soal pengasuhan anak

3 Jenis Konflik yang Sering Bikin Gak Akur dengan Saudara Iparilustrasi keluarga (unsplash.com/gift_habeshaw)

Hal ini menjadi sumber pertama yang bisa memicu konflik dengan saudara ipar. Perbedaan pandangan soal pengasuhan anak akan sering mendominasi perselisihan pendapat. Sebenarnya, jika kita bisa saling mengerti, tentu hal ini tidak harus terjadi. Pentingnya memahami dan saling menahan diri satu sama lain.

Misalnya, kamu sering kali ingin memanjakan keponakanmu dan membelikan banyak hal untuknya. Tapi sayangnya, gak semua orang tua bisa memiliki sikap yang fleksibel terhadap pemberian orang lain, meskipun itu dari saudara iparnya sendiri.

Kamu mungkin merasa sangat sakit hati ketika ia melarang atau terlihat bersikap tidak menyenangkan. Hal ini memang tidak dapat dihindari, kamu hanya perlu untuk menahan diri atau bahkan menjaga sedikit jarak dengan anaknya.

Baca Juga: 5 Tempat Belanja Oleh-oleh di Balikpapan, Banyak Pilihan Hasil Laut 

2. Perbedaan pandangan dan nilai dalam keluarga

3 Jenis Konflik yang Sering Bikin Gak Akur dengan Saudara Iparilustrasi anak bermain (pexels.com/kampus)

Konflik yang timbul akibat perbedaan pandangan atau nilai-nilai hidup juga sering menjadi penyebab ketidakakuran dengan saudara ipar. Misalnya, perbedaa budaya, atau gaya hidup dapat memicu ketegangan dan konfrontasi.

Saudara ipar dan kamu tentu dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berbeda. Begitupun nilai, budaya dan kebiasaan yang dianut juga akan berbeda. Ketika kedua belah pihak tidak bisa mencapai kesepakatan atau toleransi terhadap perbedaan tersebut, konflik pun dapat melebar dan merusak hubungan keluarga.

Disinilah pentingnya menikahi orang yang satu level dalam berbagai aspek kehidupan. Demi menghindari kesenjangan dan konflik yang mungkin terjadi di kemudian hari. Sebab sesuatu yang tertanam sejak kecil, menjadi kebiasaan dan membentuk karakter akan sulit sekali diubah begitu saja.

3. Konflik seputar harta warisan keluarga

3 Jenis Konflik yang Sering Bikin Gak Akur dengan Saudara Iparilustrasi uang (unsplash.com/jpvalery)

Konflik yang satu ini sering jadi momok menakutkan dalam keluarga. Masalah harta, keuangan, juga perihal warisan adalah hal umum yang sering menimbulkan perselisihan. Misalnya, ketika terdapat perbedaan pendapat tentang pembagian warisan atau tanggung jawab finansial terhadap anggota keluarga yang membutuhkan bantuan.

Ketidaksepakatan dalam hal ini dapat menyebabkan ketegangan dan ketidakharmonisan dalam hubungan keluarga. Tak jarang menimbulkan prahara yang lebih besar lagi bahkan memutus hubungan keluarga. Tentu hal ini akan menjadi sangat rumit dan sulit sekali, karena pada dasarnya saudara ipar sudah menjadi bagian dari keluarga.

Konflik dengan saudara ipar adalah bagian alami dari dinamika keluarga dan tidak dapat dihindari. Namun, dengan kesadaran akan beragam konflik yang mungkin timbul, kita dapat mengatasi perbedaan dan membangun hubungan yang lebih harmonis dengan saudara ipar dengan lebih terbuka.

Baca Juga: Enam Pilihan Apartemen Menggoda di Balikpapan

It's Me, Sire Photo Community Writer It's Me, Sire

A dusk chaser who loves to shout in the silence

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya