5 Sifat Manusia yang Dapat Merusak Kehidupan di Masa Depan
ilustrasi ekspresi orang senang (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Samarinda, IDN Times - Kata-kata mutiara sering kali menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi kita. Banyak di antara kita menemukan kutipan-kutipan ini dalam buku atau mendengarnya dari pidato cendekiawan yang berintegritas. Tujuan kita biasanya adalah untuk mendapatkan dorongan semangat agar tidak terpuruk dalam keadaan sulit. Namun, membaca tanpa menerapkan makna dalam kehidupan sehari-hari sama sekali tidak ada gunanya.
Menyalin kata-kata tersebut tanpa memahami pesan yang terkandung di dalamnya hanya akan menghasilkan permukaan tanpa substansi. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk menggali esensi dari pesan motivasi, serta mengingatkan kita akan potensi sifat-sifat negatif yang dapat merusak masa depan kita.
Jika kamu belum sepenuhnya memahami makna di balik kata-kata mutiara ini, mari kita simak ulasannya bersama-sama.
1. Lebih banyak berbicara dibandingkan bekerja
ilustrasi orang sedang bekerja (pexels.com/Olha Ruskykh)Kebiasaan yang sering kita temui adalah orang-orang yang pandai berbicara tapi kosong dalam realita kehidupan. Banyak orang yang selalu meminta dan mendambakan kehidupan enak dan berkecukupan, tetapi kesalahan yang dilakukan adalah kata-kata yang diucapkan tidak dibersamai dengan usaha.
Seperti kata pepatah, bahwa orang-orang besar disepanjang sejarah adalah mereka yang lebih banyak bekerja dibandingkan berbicara. Tidak bermasalah ucapannya jika memiliki bobot yang baik, namun sama halnya jika tidak dilakukan tidak akan ada maknanya. Bahkan, bisa jadi kata-katanya hanya sebuah angin lalu saja.
2. Kikir yang selalu dituruti
ilustrasi seorang pria menatap tajam (pexels.com/Pavel Danilyuk)Ada yang bilang bahwa, berbagi itu indah. Kenyataanya jika dilakukan di setiap kehidupan kita untuk selalu berinisiatif berbagi, maka buah dari berbagi itu akan menjadi berkah. Berbagi sama halnya sedekah dengan orang lain. Jika kamu tidak bisa berbagi dalam bentuk uang, maka kamu bisa menggantinya dengan sedekah jasa.
Tidak perlu jauh-jauh, untuk memberikan sedekah. Kamu memiliki keluarga di rumah ataupun tetangga sekitar. Bantu mereka dengan bantuan yang baik. Selagi kamu bisa melakukannya, maka lakukan sebisamu. Jangan lupa, untuk selalu menanamkan rasa ikhlas dalam hati di setiap kegiatan sosial yang sudah kita lakukan.
Baca Juga: Panduan Lengkap, Toko Bahan Kue Terbaik di Samarinda
3. Berlebihan dalam mengagumi diri sendiri
ilustrasi ekspresi orang senang (pexels.com/Andrea Piacquadio)Remaja masa kini lebih akrab mengenalnya dengan kata self love atau mencintai diri sendiri. Namun, perlu diketahui lebih jelas bahwa memuji diri sendiri secara berlebihan juga tidak bagus. Sebab, dikhawatirkan nanti berujung pada hal yang sifatnya angkuh dan sombong.
Jika hal itu terjadi, maka itu akan menutup diri dari sifat keterbukaan dengan orang lain. Merasa bahwa diri sendiri lebih baik dibandingkan orang lain, tidak mau menerima masukan dan kritikan, dan berhenti untuk belajar banyak hal. Lantaran merasa bahwa dirinya sudah bagus dan tidak membutuhkan belajar membenahi diri. Saat ini sifat itulah yang sering kali melekat pada generasi muda saat ini.
4. Hawa nafsu yang sering diikuti
ilustrasi pergaulan bebas (pexels.com/Pixabay)Pergaulan yang begitu bebas membuat jiwa-jiwa muda mengalami perubahan yang begitu kentara. Perubahan pergaulan, budaya, sosial, ekonomi dan etika sudah mulai berada di luar batas seharusnya. Pada akhirnya sebagian dari mereka terjerumus pada hal-hal yang tidak mencerminkan sifat manusia kembali.
Sifat kebebasan jika diteruskan maka bisa merusak peradaban manusia. Apalagi remaja saat ini sebagai pemimpin bagsa di masa depan. Kondisi yang seperti ini harus mulai dilakukan perbaikan yang dimulai dari diri kita sendiri. Berani untuk mengatakan tidak pada hal buruk, pandai memilih teman yang bisa berdampak baik di masa depan, dan mulai mengenali diri sendiri dengan baik supaya tidak mudah goyah dengan pergaulan bebas.
5. Mengaharap imbalan atau balasan
ilustrasi orang memegang tangan (Pexels.com/Matthias Zomer)Ini masih bersinggungan dengan rasa ikhlas. Ikhlas itu memang hanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki hati yang lapang. Namun, bukan berarti kamu men-judge mental bahwa kamu tidak bisa mengarah pada hal tersebut. Jika tidak bisa sepenuhnya ikhlas, maka tidak salahnya untuk mencoba mendekati garis keihlasan tersebut.
Untuk lebih mudahnya, kamu bisa mempraktikkan dalam kehiduan sehari-hari. Pada hal kecil dan sederhana saja, jika kamu sedang memberikan sebuah hadiah atau bantuan kepada orang lain jangan pernah beranggapan bahwa suatu hari nanti dia akan membantumu. Lakukan setiap perbuatan atau kegiatan tidak diselipi dengan perasaan pamrih, Sebab, itu sama sekali tidak mencerminkan sikap yang positif.
Pahami bahwa setiap perbuatan kita memiliki balasannya masing-masing. Kamu menyemai maka kamu juga yang akan memanennya di kemudian hari. Tidak melulu dengan orang yang sudah kamu bantu, tetapi dengan balasan yang setimpal atas Tuhan berikan. Sikap yang baik dididik dan dimulai dari keluarga, teman sepermainan, dan lingkungan sekitar. Jika lingkungan atau keluargamu tidak mendukung, maka carilah dalam dirimu sendiri untuk mendorong dan melakukan perbuatan yang terpuji. Berani untuk belajar, ya!
Baca Juga: 6 Tempat Ngopi Nyaman di Samarinda yang Wajib Dikunjungi
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
