Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang ibu sedang menidurkan bayinya.
Ilustrasi Parturiphobia, Ketakutan untuk Melahirkan Anak. (pexels.com/Sarah Chai)

Ketakutan untuk melahirkan ternyata jauh lebih umum daripada yang dibayangkan. Proses persalinan yang identik dengan rasa sakit, risiko, dan ketidakpastian membuat sebagian perempuan merasakan kecemasan. Namun ketika rasa takut itu muncul berlebihan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari atau membuat seseorang menolak kemungkinan untuk hamil, kondisi tersebut bisa disebut parturiphobia. Ini bukan sekadar kekhawatiran, melainkan ketakutan intens yang memengaruhi kesehatan emosional dan rencana hidup.

Banyak perempuan menyembunyikan kondisi ini karena takut dianggap lemah. Padahal parturiphobia membutuhkan perhatian medis dan psikologis. Memahami apa itu parturiphobia, penyebab, tanda, dan cara mengatasinya dapat membantu meningkatkan empati terhadap perempuan yang mengalaminya.

1. Apa itu parturiphobia?

Ilustrasi Luka Psikologis yang Paling Sering Muncul di Usia Dewasa. (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Parturiphobia adalah ketakutan ekstrem terhadap proses melahirkan. Bukan hanya takut rasa sakit, tetapi juga keseluruhan proses persalinan, risiko komplikasi, hingga perubahan besar yang menyertai kehamilan. Ketakutan ini bisa muncul sebelum hamil, saat hamil, atau setelah memiliki pengalaman buruk sebelumnya.

Berbeda dengan kecemasan normal, parturiphobia membuat penderitanya panik hanya dengan mendengar cerita persalinan, melihat konten kehamilan, atau membayangkan proses melahirkan. Gejalanya bisa berupa gemetar, mual, sesak napas, hingga serangan panik. Pada tahap tertentu, ketakutan ini dapat memengaruhi keputusan untuk memiliki anak.

2. Penyebab parturiphobia

ilustrasi ibu dan anak yang berolahraga bersama (pexels.com/Kamaji Ogino)

Penyebabnya beragam, mulai dari pengalaman pribadi hingga faktor lingkungan. Trauma persalinan, baik dialami sendiri maupun dilihat pada orang lain, menjadi pemicu yang paling umum. Pengalaman tersebut membuat otak mengasosiasikan persalinan dengan ancaman.

Lingkungan yang dipenuhi cerita negatif tentang melahirkan juga berperan memperkuat ketakutan. Narasi bahwa persalinan selalu menyakitkan atau berbahaya dapat membentuk kecemasan sejak lama. Selain itu, orang dengan gangguan kecemasan, gangguan panik, atau ketakutan terhadap rasa sakit cenderung lebih berisiko mengalami parturiphobia.

3. Tanda-tanda seseorang mengalami parturiphobia

Ilustrasi Dampak Psikologis yang Sering Dialami Korban Perselingkuhan. (pexels.com/Alina Matveycheva)

Gejala paling terlihat adalah munculnya ketakutan intens ketika membahas persalinan. Penderita cenderung menghindari topik kehamilan, tidak nyaman berdiskusi dengan tenaga kesehatan, dan menunjukkan reaksi fisik seperti jantung berdebar atau keringat dingin.

Ketakutan ini juga dapat memengaruhi hubungan dengan pasangan dan keluarga. Beberapa perempuan merasa bersalah karena tidak siap memiliki anak, sementara tekanan lingkungan membuat kecemasan makin memburuk.

4. Cara mengatasi parturiphobia

Ilustrasi tips mendidik anak tanpa kehilangan kehangatan pasangan. (pexels.com/Gustavo Fring)

Mengatasi parturiphobia perlu dilakukan secara bertahap. Langkah awal adalah mengakui ketakutan tersebut tanpa menghakimi diri sendiri. Setelah itu, konsultasi dengan psikolog atau konselor sangat dianjurkan. Terapi kognitif-perilaku (CBT), EMDR untuk trauma, dan konseling kehamilan dapat membantu mengurai ketakutan serta memperbaiki pola pikir negatif.

Edukasi tentang persalinan juga penting. Kelas prenatal, konsultasi dengan bidan atau dokter, serta cerita persalinan yang positif dapat memberikan gambaran yang lebih seimbang. Dukungan dari pasangan, keluarga, dan tenaga kesehatan berperan besar dalam membangun rasa aman.

Itulah ulasan singkat mengenai parturiphobia, ketakutan ekstrem terhadap proses melahirkan. Semoga informasi ini membantu meningkatkan pemahaman dan empati terhadap perempuan yang mengalaminya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team