Optimisme kerap dianggap sebagai sikap yang wajib dimiliki setiap orang. Kita seolah dituntut untuk selalu berpikir positif, tersenyum, dan yakin bahwa semuanya akan berjalan baik. Namun, optimisme yang tidak dikelola dengan tepat justru berpotensi menimbulkan masalah. Harapan berlebihan dapat membuat seseorang mengabaikan risiko dan berujung pada kekecewaan ketika realitas tidak sesuai ekspektasi.
Optimisme yang sehat bukan tentang memaksakan senyum, melainkan kemampuan melihat harapan secara jernih tanpa menutup mata terhadap fakta. Dalam psikologi, optimisme perlu berjalan beriringan dengan realisme agar tidak berubah menjadi sumber frustrasi. Dengan pengelolaan yang tepat, harapan dapat menjadi energi positif tanpa melukai kondisi emosional.
Berikut lima cara membangun optimisme yang sehat dan stabil agar tidak berujung frustrasi.
