Kisah Paser Balik, Suku Asli Balikpapan Minoritas di Kota Sendiri

Nama Balikpapan berasal dari nama suku Balik

Balikpapan, IDN Times - Sejarah kota Balikpapan tak bisa dilepaskan dari suku Paser Balik. Suku asli yang mendiami kota minyak ini, namun kini dengan semakin banyaknya pendatang Suku Paser Balik seolah terpinggirkan dan menjadi minoritas.

Tokoh adat Paser Balik, Raida mengatakan, "Balikpapan aslinya nama suku, suku Paser Balikpapan. Balikpapan nama kota sekaligus nama suku kami," jelasnya.

Suku ini masih ada di Balikpapan, dan tersebar ke beberapa wilayah dan kabupaten lain. Mereka hidup membaur dengan masyarakat dari suku lain. Raida menegaskan suku Paser Balik tidak punah. Adat dan budayanya pun juga masih ada.

"Saya ingin menunjukkan bahwa keturunan Paser Balik masih ada dan masih bisa bersaing dan memiliki pendidikan bahkan sampai ke luar negeri," katanya. 

1. Ritual Belian suku Paser Balik berbeda dengan suku Dayak lainnya

Kisah Paser Balik, Suku Asli Balikpapan Minoritas di Kota SendiriIDN Times/Mela Hapsari

Raida menjelaskan, "Saya keturunan Paser Balik dari ibu, kalau Bapak dari Paser. Suku Paser Balik ini masuk dalam suku Dayak," katanya saat dijumpai IDN Times di rumahnya, Jumat (28/7).

Ia menambahkan dari budaya, bahasa, cara hidup hampir sama dengan suku Dayak yang lainnya di Kalimantan, terutama di Kalimantan Timur. Contohnya seperti ritual adat Belian dan Belian Bawo.

Raida menunjukkan gelang besi yang biasanya dipakai dalam ritual Belian Bawo. Gelang dipakai 2 buah di masing-masing tangan, terasa ini cukup berat dan menimbulkan suara  dentingan logam ketika digunakan untuk menari. Keempat gelang ini umurnya sudah ratusan tahun.

"Ritual Belian biasanya untuk pengobatan, yang memakai gelang ini adalah laki-laki. Pada ritual Belian juga ada patung-patung yang dimanifestasikan sebagai dewa. Misalnya ada yang sakit dan mengadakan Belian dengan menurunkan dewa-dewa dari khayangan atau disebut Sengiang" jelas Raida.

Tak hanya gelang,  kalung merupakan salah satu aksesoris lain yang dikenakan saat ritual Belian. Raida menunjukkan kalung yang terbuat dari manik-manik yang berhiaskan taring-taring harimau, dan taring monyet.

Pada zaman dahulu sempat digunakan taring babi, namun seiring banyaknya masyarakat suku Paser Balik yang masuk Islam taring babi tidak digunakan lagi. Selain taring, juga terdapat hiasan berbentuk mandau dari kayu, serta patung-patung kecil pada kalung manik-manik yang sudah berusia ratusan tahun ini.

Baca Juga: Mengenal Cimpa, Kue Manis Menggugah Selera Khas Suku Batak Karo

2. Keyakinan suku Paser Balik dahulu adalah Kaharingan

Kisah Paser Balik, Suku Asli Balikpapan Minoritas di Kota SendiriIDN Times/Mela Hapsari

Pada zaman dahulu, suku Paser Balik menganut animisme atau Kaharingan. Kaharingan ini merupakan kepercayaan tradisional suku Dayak. Namun, sekarang masyarakat suku Paser Balik sudah banyak beragama Islam atau Kristen.

Ritual Belian masyarakat suku Paser Balik, menurut Raida tak sama dengan ritual Belian dari suku Paser yang seringkali dianggap serumpun dengan suku Paser Balik.

"Bedanya pada ritual Belian suku Paser Balik ada ritual potong lidah. Ini jujur sudah hampir punah. Saya sebagai bagian dari suku Balik sedih, karena semacam mau dihilangkan. Saya pernah sekali saja mengadakan Belian Balik waktu ibu saya sakit," katanya.

Pada prosesi ini Raida menjelaskan lidah dihancurkan sebagai pertanda 'orang dari atas' (roh) sudah datang. Tetapi selesai acara lidah orang yang melakukan ritual akan kembali normal lagi.  

"Memang ini yang membuat orang kita takut dan tidak melakukan lagi, karena salah-salah bisa masuk ke yang lain, mengamuk, memang agak riskan menurut saya dan orang-orang tua Paser Balik. Maka seolah mau dihilangkan. Dari agama Islam juga dianggap sudah tidak cocok," jelasnya tentang ritual Belian Bawo asli Paser Balik yang kini semakin langka.

"Saya sebagai bagian suku Balik menginginkan untuk dilestarikan supaya bisa dilihat oleh generasi masa depan bahwa inilah salah satu ciri khas seni budaya Paser Balik,"kata Raida.

3. Pindahnya sebagian suku Paser Balik meninggalkan Balikpapan diyakini karena wabah penyakit

Kisah Paser Balik, Suku Asli Balikpapan Minoritas di Kota SendiriIDN Times/Mela Hapsari

Kota Balikpapan dikatakan sebagai kota multietnis yang tak memiliki penduduk asli. Itu salah besar, kata Raida. Suku Paser Balik kini tak hanya ada di Balikpapan tapi tersebar di beberapa kabupaten di Kaltim, seperti di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Kutai Barat. 

Berdasarkan penuturan para sesepuh pada zaman dahulu ada semacam wabah penyakit mematikan yang membuat masyarakat suku Paser Balik meninggalkan kawasan Balikpapan untuk menyelamatkan diri ke daerah lain sehingga suku Paser Balik akhirnya tersebar ke berbagai wilayah.

"Selain itu, suku Paser Balik tidak menikah ke suku sendiri tapi menikah dengan suku lain karena telah pindah dan merantau ke wilayah suku lain. Saat ia menikah dengan suku lain ia tidak membawa identitas Balik lagi. Inilah kalau saya lihat penyebab suku Paser Balik dikatakan hampir punah," kata Raida 

4. Mengangkat kembali adat dan budaya asli Paser Balik

Kisah Paser Balik, Suku Asli Balikpapan Minoritas di Kota SendiriDok.IDN Times/Istimewa

Raida mengatakan ia berusaha untuk mengangkat kembali Paser Balik. Pihaknya mulai memunculkan budaya dan adat Paser Balik agar dikenal masyarakat dan terus dilestarikan. 

"Kesadaran suku kami memang kurang, mungkin karena pemahaman akan pentingnya suatu suku, identitas suku pertama adalah budaya, kedua adalah bahasa," kata Raida.

Upaya pelestarian budaya antara lain adalah melalui kegiatan festival atau pameran. Pada Festival Adat Paser yang diselenggarakan di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, pada 22-28 Juni lalu, Raida menuturkan memang belum menampilkan adat dan budaya Paser Balik secara maksimal karena keterbatasan anggaran.

Selain itu upaya lain untuk mengangkat suku Paser Balik adalah melalui situs-situs makam kuno Paser Balik yang potensial dijadikan tempat wisata sejarah, letaknya ada di Kilometer 13, Kariangau, Balikpapan Barat. Makam kuno ini usianya sudah ratusan tahun. Pihaknya berharap pemerintah bisa membangun fasilitas  wisata di sekitar kawasan ini.

5. Berharap adat dan budaya serta bahasa Paser Balik masuk dalam kurikulum sekolah

Kisah Paser Balik, Suku Asli Balikpapan Minoritas di Kota SendiriIDN Times/Sukma Sakti

Bahasa Paser Balik juga tak sama dengan bahasa daerah lainnya, sekarang sudah semakin jarang orang berbahasa Paser Balik. Pihaknya berharap pemerintah menggunakan bahasa Paser Balik sebagai muatan lokal, serta memperkenalkan adat dan budaya Paser Balik ke generasi muda melalui kurikulum sekolah.

Ia mengaku sedih bahasa, lagu, tarian, dan adat budaya Paser Balik selama ini tak masuk dalam kurikulum sekolah di Balikpapan. Akibatnya, adat dan budaya serta bahasa suku asli Balikpapan justru tidak dikenal oleh anak-anak kota ini.

Baca Juga: Mengagumkan, 5 Suku Ini Punya Kemampuan Unik Akibat Mutasi Genetik

Topik:

  • Mela Hapsari

Berita Terkini Lainnya