Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
unsplash.com/Roman Kraft

Samarinda, IDN Times-Tren diet plastik atau mengurangi pemakaian barang sekali pakai sedang ramai dikampanyekan oleh pemerintah daerah dengan melarang penggunaan plastik untuk membawa belanjaan serta penggunaan sedotan plastik di rumah makan.

Hal ini disambut baik terutama di kalangan anak muda. Kampanye cinta lingkungan digaungkan oleh para komunitas pencinta lingkungan, selebritas dan orang-orang berpengaruh lainnya.

Mereka mengenalkan sedotan berbahan dasar stainless steel straw, bambu, dan kaca. Sedotan ini dianggap bisa mengurangi penggunaan plastik karena dapat dipakai berkali-kali dengan cara dicuci.

Namun dari ketiga bahan penyedot tersebut yang paling laik pakai adalah  stainless steel straw karena tidak akan berkarat, pecah, ataupun lapuk.

Sementara, untuk plastik belanjaan diganti dengan tote bag atau tas jinjing trendi ragam warna dan desain.

Namun benarkah kedua benda ini aman bagi lingkungan?

1. Stainless straw dianggap tak ramah lingkungan

unsplash.com/Olivier Guillard

"Sebenarnya sedotan stainless itu berasal dari proses yang tidak ramah lingkungan," ungkap Maulana Yudhistira aktivis lingkungan dari Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (Kophi) Kalimantan Timur.

Proses produksi yang kurang ramah lingkungan terutama dalam bahan dasar sedotan stainless yang melewati proses metal mining  (penambangan logam) membuat sedotan ini menuai pro dan kontra.

Berbeda halnya jika penyedot berbahan dasar bambu, karena ada proses menanam dan bertumbuh secara alami tanpa mesin dan limbah yang merusak lingkungan.

"Makanya saya lebih setuju bambu sebagai bahan dasarnya. Tetapi tidak awet kan, mudah rusak," lanjutnya.

2. Menggaungkan gerakan langsung seruput

Editorial Team