Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi orang yang optimis (pexels.com/Matthias Cooper)

Samarinda, IDN Times - Hidup itu penuh rintangan, dan setiap rintangan adalah ujian yang membawa kita ke level berikutnya. Sama seperti seorang pengusaha sukses yang harus melewati berbagai cobaan luar biasa, nggak semua orang berhasil. Tapi ada satu hal yang bikin mereka bertahan: sikap optimis.

Orang-orang dengan mindset optimis punya daya tahan yang luar biasa untuk bangkit lagi, bahkan setelah gagal berkali-kali. Seperti yang dijelaskan oleh Martin Seligman, bapak psikologi positif, optimisme itu bukan cuma soal "berpikir positif," tapi juga cara menghadapi kehidupan. Nah, kamu termasuk orang optimis nggak, sih? Yuk, cek tanda-tandanya!

1. Memaknai kejadian negatif sebagai sementara

Ilustrasi memaknai nilai jelek sebagai kejadian sementara (pexels.com/Yan Krukau)

Hidup nggak lepas dari masalah, tapi cara kita memandang masalah itu beda-beda. Kalau kamu tipe yang langsung down dan mikir, "Dunia ini nggak adil, aku pasti terus sial," berarti kamu lagi kejebak mindset pesimis.

Sebaliknya, orang optimis melihat masalah sebagai sesuatu yang sementara. Misalnya, dapat nilai jelek di kampus? Bagi orang optimis, itu cuma "hari yang buruk," bukan "hidup yang buruk." Mereka percaya semuanya akan berlalu dan punya peluang untuk diperbaiki.

2. Memaknai kejadian negatif sebagai kejadian yang spesifik

Ilustrasi kegagalan yang spesifik (pexels.com/Eugenia)

Orang pesimis sering kali menganggap satu kegagalan sebagai tanda bahwa hidupnya hancur. Contoh, gagal daftar CPNS. Pesimis mungkin mikir, "Aku gagal, berarti aku nggak akan pernah sukses."

Tapi beda banget sama optimis. Buat mereka, kegagalan CPNS cuma berarti "belum lolos tahun ini," bukan "aku gagal selamanya." Mereka jadikan pengalaman itu sebagai pelajaran dan motivasi untuk mencoba lagi.

3. Memaknai kejadian negatif sebagai bukan personal

Ilustrasi orang yang menganggap gagal bukan personal (pexels.com/Yan Krukau)

Orang optimis punya skill khusus: mencari sisi baik di balik hal buruk. Misalnya, gagal jadi ASN? Mereka akan berpikir, "Mungkin aku bisa memanfaatkan waktu ini untuk belajar skill baru atau mengejar passion lain."

Sementara itu, pesimis cenderung tenggelam dalam pikiran negatif seperti menyalahkan diri sendiri. Akibatnya, mereka malah sulit maju dan sering kehilangan kesempatan berikutnya.

Kalau kamu sudah punya mindset optimis, selamat! Pertahankan dan jadikan itu senjata untuk menghadapi hidup. Tapi, kalau merasa belum sepenuhnya optimis, nggak apa-apa. Optimisme itu bisa dilatih kok, asal konsisten.

Mulailah dari langkah kecil, seperti mengubah cara pandang terhadap kegagalan atau mencoba melihat sisi positif dari setiap masalah. Emang nggak instan, tapi dengan usaha yang terus-menerus, mindset optimis bakal tertanam dalam dirimu.

So, mau coba jadi lebih optimis? Let’s do it! ✨

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team