Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bekerja.
ilustrasi suasana bekerja (pexels.com/RDNE Stock project)

Dalam perdebatan atau percakapan sehari-hari, kita kerap berhadapan dengan orang yang selalu merasa paling benar. Apa pun topiknya, mereka sulit menerima pendapat lain dan menganggap pandangannya sebagai yang paling tepat.

Sikap seperti ini sering memicu konflik dan membuat komunikasi menjadi tidak sehat. Lantas, apa yang membuat seseorang selalu merasa benar? Berikut enam alasan yang kerap melatarbelakanginya.

1. Kurangnya keterbukaan terhadap perspektif lain

ilustrasi suasana bekerja (pexels.com/Artem Podrez)

Salah satu penyebab utama adalah minimnya keterbukaan terhadap perspektif berbeda. Orang yang merasa paling benar cenderung enggan mendengarkan pendapat orang lain dan meyakini bahwa pandangannya adalah satu-satunya kebenaran.

Akibatnya, mereka terjebak pada keyakinan sendiri tanpa mau mempertimbangkan kemungkinan adanya sudut pandang lain yang sama validnya.

2. Dorongan untuk mempertahankan harga diri

ilustrasi suasana bekerja (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Bagi sebagian orang, mengakui kesalahan dianggap sebagai ancaman terhadap harga diri. Mereka khawatir terlihat lemah atau tidak kompeten di mata orang lain.

Untuk menjaga citra tersebut, mereka bersikeras mempertahankan pendapat, meski sebenarnya menyadari adanya kekeliruan.

3. Kegagalan dalam memahami perbedaan antar-individu

ilustrasi pertemuan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Setiap orang memiliki latar belakang, pengalaman, dan cara berpikir yang berbeda. Namun, orang yang selalu merasa benar kerap menganggap pandangannya sebagai standar universal yang harus diikuti semua orang.

Ketidakmampuan menerima perbedaan ini membuat mereka sulit berempati dan lebih mudah bersikap merasa paling benar.

4. Kurangnya keterampilan komunikasi

ilustrasi suasana bekerja (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kurangnya kemampuan berkomunikasi juga bisa menjadi pemicu. Ketika seseorang tidak mampu menyampaikan pendapat dengan jelas atau mendengarkan secara aktif, perbedaan pandangan mudah berubah menjadi konflik.

Dalam situasi tersebut, mereka cenderung memaksakan pendapat sendiri dan menganggapnya sebagai yang paling benar.

5. Ketakutan terhadap kerentanan

ilustrasi suasana rapat (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Merasa selalu benar bisa menjadi mekanisme pertahanan diri. Beberapa orang takut terlihat ragu, salah, atau tidak tahu.

Dengan meyakini bahwa diri mereka selalu benar, mereka berusaha menghindari rasa tidak aman dan ketidakpastian yang sebenarnya wajar dalam kehidupan.

6. Pengaruh kelompok atau lingkungan sosial

ilustrasi suasana diskusi (pexels.com/Henri Mathieu-Saint-Laurent)

Lingkungan juga berperan besar. Jika seseorang berada di kelompok yang terus-menerus membenarkan pandangannya tanpa kritik, keyakinan tersebut akan semakin menguat.

Tanpa adanya sudut pandang alternatif, mereka jarang terdorong untuk mempertanyakan atau mengevaluasi kembali pendapatnya sendiri.

Menghadapi orang yang selalu merasa paling benar memang tidak mudah. Namun, memahami faktor-faktor di balik sikap tersebut dapat membantu kita bersikap lebih bijak.

Mendorong dialog terbuka, membangun komunikasi yang sehat, serta menghargai perbedaan pandangan menjadi langkah penting untuk menciptakan interaksi yang lebih inklusif dan saling menghormati.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team