Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang pria melihat pasangannya ke luar rumah.
Ilustrasi Titik Runtuhnya Seorang Pria setelah Hubungan Berakhir. (pexels.com/Alena Darmel)

Bagi banyak laki-laki, hubungan bukan sekadar tempat untuk mencintai, tetapi juga ruang untuk menambatkan identitas, masa depan, dan rasa aman. Ketika hubungan yang diperjuangkan berakhir, patah hati yang muncul bukan hanya soal kehilangan seseorang, tetapi juga runtuhnya harapan yang telah lama dibangun.

Luka itu sering tidak terlihat karena laki-laki cenderung menutupinya demi terlihat “baik-baik saja”. Padahal secara psikologis, putus hubungan dapat memicu guncangan identitas, kerentanan emosional, hingga kekacauan batin yang sulit mereka ungkapkan.

Pria yang tampak kuat di luar bisa saja sedang berjuang keras di dalam dirinya. Mereka bukan tidak merasakan sakit, tetapi tidak tahu bagaimana mengelolanya tanpa dianggap lemah. Berikut lima titik runtuh yang umum dialami pria setelah hubungan berakhir.

1. Runtuhnya identitas sebagai pasangan

ilustrasi cemburu (Freepik)

Saat hubungan berakhir, laki-laki kerap kehilangan bagian diri yang selama ini melekat pada hubungan tersebut. Mereka bukan hanya kehilangan pasangan, tetapi juga peran sebagai seseorang yang dicintai dan dibutuhkan.

Dalam psikologi, kondisi ini dikenal sebagai role loss—hilangnya identitas sosial yang membuat pria mempertanyakan kembali siapa dirinya dan bagaimana ia harus melanjutkan hidup.

2. Ketika emosi tidak tersalurkan dan hanya dipendam

Ilustrasi Sinyal Tubuh yang Sering Muncul saat Kamu Butuh Istirahat Mental. (pexels.com/Nathan Cowley)

Banyak pria tumbuh dengan keyakinan bahwa mereka tidak boleh menangis atau terlihat rapuh. Akibatnya, emosi yang seharusnya diproses justru terpendam dan mengeras.

Dalam jangka panjang, ini bisa memicu stres, kecemasan, hingga kelelahan mental. Di luar mereka tampak normal, tetapi di malam hari bisa merasa kosong dan kehilangan arah.

3. Hilangnya rencana masa depan yang telah dibangun

Ilustrasi Dampak Psikologis ketika Laki-laki Kehilangan Pekerjaan. (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Hubungan sering menjadi dasar seseorang merancang masa depan—mulai dari pernikahan hingga impian hidup bersama. Ketika hubungan gagal, semua rencana itu ikut hilang.

Kondisi ini dapat menimbulkan future shock, yaitu kecemasan karena masa depan mendadak berubah drastis. Pria merasa kembali ke titik nol dan harus merancang ulang hidupnya dari awal.

4. Gangguan pada rasa percaya diri dan kemampuan mencintai

Ilustrasi Mitos tentang Skizofrenia yang Harus Diluruskan. (pexels.com/Mikhail Nilov)

Putus hubungan dapat memunculkan pertanyaan menyakitkan:
“Apakah aku kurang baik?”
“Apa aku gagal sebagai pasangan?”

Ini berkaitan dengan attachment wound—luka emosional yang membuat seseorang meragukan kelayakan dirinya untuk dicintai. Tanpa disadari, hal ini membuat pria takut memulai hubungan baru dan menjaga jarak demi menghindari luka yang sama.

5. Kehilangan ruang aman yang selama ini menjadi tempat pulang

Ilustrasi Keadaan Laki-laki yang Membuatnya Tidak Lagi Merasa Berguna. (pexels.com/Nicola Barts)

Dalam hubungan yang sehat, pasangan adalah tempat bercerita, bersandar, dan merasa dimengerti. Ketika hubungan berakhir, laki-laki kehilangan ruang aman tersebut.

Tanpa secure base, mereka dapat merasa hampa, asing, dan berjalan sendiri tanpa tempat untuk meredakan beban emosional. Fase ini kerap menjadi titik runtuh paling berat, karena pria harus belajar membangun rasa aman dari dalam diri.

Demikian ulasan mengenai lima titik runtuh yang sering dialami pria setelah hubungan berakhir. Semoga bisa menjadi refleksi dan membuka ruang empati bagi siapa pun yang sedang mengalaminya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team