Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cara Move On dari Kesalahan dengan Gaya Kekinian

Ilustrasi wanita merasa cemas dan stres (freepik.com/freepik)

Samarinda, IDN Times - Kita semua pasti pernah bikin kesalahan—entah besar atau kecil—yang kadang bikin hati masih nyesek sampai sekarang. Tapi, apa sih, minta maaf terus-terusan itu solusi paling oke? Tentu aja nggak! Selain bilang maaf, ada banyak cara lebih meaningful buat menunjukkan kalau kamu benar-benar belajar dan berubah dari kesalahan.

Daripada muter-muter di siklus permintaan maaf, yuk coba cara ini biar kamu bisa memperbaiki hubungan dengan lebih tulus dan efektif. Siap? Let’s go!

1. Akui kesalahan dengan jujur tanpa berlebihan

Ilustrasi orang bercermin (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Stop overthinking soal "gimana kalau aku salah ngomong?" atau "apakah aku terlihat lemah?"—cukup akui kesalahanmu secara jujur. Orang-orang bakal lebih menghargai pengakuan yang tulus daripada permintaan maaf yang diulang-ulang.

Contohnya? Ucapkan, “Aku sadar waktu itu aku salah ngomong, dan aku bener-bener nyesal. Aku harap kita bisa lebih baik ke depannya.” Simple, jujur, dan nggak lebay. Ini bikin kamu terlihat dewasa dan tanggung jawab.

2. Fokus pada perubahan perilaku, bukan janji

Ilustrasi wanita bergandengan tangan (freepik.com/Racool_studio)

Kalau kata pepatah, actions speak louder than words. Jadi, setelah kamu bilang maaf, pastikan untuk benar-benar memperbaiki sikap. Misalnya, kalau kamu pernah ceroboh ngomong sampai bikin orang lain sakit hati, cobalah untuk lebih peka dan berhati-hati dalam berkomunikasi.

Dengan tindakan nyata, kamu nggak cuma memperbaiki hubungan, tapi juga membangun kepercayaan baru. Orang bakal lebih percaya sama perubahan yang mereka lihat daripada sekadar kata-kata manis.

3. Belajar untuk memaafkan diri sendiri

Ilustrasi wanita berbaring di taman (freepik.com/freepik)

Kadang yang bikin kita susah move on dari kesalahan adalah rasa bersalah yang nggak selesai-selesai. Padahal, kalau kamu terus-terusan self-blaming, itu malah bikin kamu stuck.

Latih diri untuk melepaskan rasa bersalah dengan cara sehat, misalnya meditasi, journaling, atau ngobrol sama orang yang kamu percaya. Ingat, kesalahan itu bagian dari proses belajar. Kalau kamu bisa memaafkan diri sendiri, kamu udah setengah jalan menuju perubahan yang lebih baik.

4. Jadi pendengar yang lebih baik

Ilustrasi wanita ngobrol dengan teman di sofa (freepik.com/freepik)

Salah satu penyebab utama kesalahan adalah kurangnya komunikasi. Mulailah jadi pendengar yang lebih baik. Dengarkan apa yang orang lain rasakan atau pikirkan tanpa langsung defensif atau buru-buru memberi jawaban.

Misalnya, kalau kamu sedang ngobrol tentang masalah sebelumnya, coba ucapkan, “Aku pengin denger dulu apa yang kamu rasain, jadi aku bisa ngerti lebih baik.” Hal kecil kayak gini bikin orang merasa dihargai, dan hubunganmu pun makin kuat.

5. Tetap konsisten dengan perubahan yang kamu buat

Ilustrasi wanita membaca buku (freepik.com/lookstudio)

Perubahan nggak bisa instan, dan sering kali kita tergoda buat balik ke kebiasaan lama. Jangan biarkan hal itu terjadi! Tetaplah konsisten dengan usaha perubahan yang sudah kamu mulai.

Misalnya, kalau kamu udah janji nggak akan ngulang kesalahan yang sama, buktikan dengan tindakan sehari-hari. Konsistensi ini yang bikin orang percaya kalau kamu serius berubah.

Kesalahan bukan akhir segalanya, tapi kesempatan buat jadi versi diri yang lebih baik. Dengan lima langkah ini - jujur, menunjukkan perubahan, memaafkan diri sendiri, jadi pendengar yang baik, dan konsisten—kamu nggak cuma memperbaiki hubungan dengan orang lain, tapi juga memperkaya diri sendiri.

Jadi, udah siap buat berhenti minta maaf terus-terusan dan mulai menunjukkan perubahan nyata? Mulai sekarang, yuk, buktikan kalau kamu bisa bangkit lebih kuat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
SG Wibisono
EditorSG Wibisono
Follow Us