Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi wanita memandang pasangan (freepik.com/freepik)
Ilustrasi wanita memandang pasangan (freepik.com/freepik)

Samarinda, IDN Times - Pernah nggak sih, baru kenal seseorang dan langsung berpikir, "Wah, gue suka banget sama dia! Jangan-jangan ini cinta?" Tenang, kamu nggak sendirian! Banyak dari kita, terutama generasi milenial dan gen Z, gampang banget kebawa suasana alias baper. Akibatnya, kita sering salah mengartikan ketertarikan biasa sebagai cinta sejati. Nah, biar nggak salah langkah, yuk bedain mana perasaan sesaat dan mana yang benar-benar bisa jadi hubungan jangka panjang.

Sering kali, momen kayak gini bisa jadi bahan refleksi buat kita. Apakah ini sekadar crush yang lewat atau ada makna lebih dalam? Yuk, kita bahas lima alasan kenapa kita sering keliru membedakan rasa suka dan cinta. Simak sampai habis, siapa tahu kamu jadi lebih paham soal perasaanmu sendiri!

1. Ketertarikan fisik sering dianggap sebagai cinta

Ilustrasi pasangan saling memandang (freepik.com/freepik)

Ketemu seseorang yang menarik secara fisik? Wajar kalau langsung ada rasa suka! Tapi jangan buru-buru ngecap itu sebagai cinta. Ketertarikan karena penampilan atau gaya itu cuma sementara. Begitu kamu lebih kenal mereka, bisa jadi perasaan itu pudar.

Kalau yang bikin kamu tertarik cuma fisiknya doang, coba pikir lagi. Gimana kalau nanti penampilannya berubah? Masih suka, atau perasaan itu hilang begitu aja?

2. Kedekatan emosional yang baru terbangun

Ilustrasi ngobrol dengan pasangan (freepik.com/freepik)

Kamu merasa nyambung banget sama seseorang karena sering ngobrol atau mengalami momen berkesan bareng? Bisa jadi itu cuma kedekatan emosional sesaat. Emang sih, punya seseorang yang selalu ada itu menyenangkan, tapi apakah itu benar-benar cinta?

Rasa nyaman di awal perkenalan sering kali bikin kita baper, padahal belum tentu perasaan itu bertahan lama. Coba kasih waktu dan lihat apakah rasa itu tetap ada setelah fase "baru kenal" berlalu.

3. Terlalu sering mengandalkan bayangan dan fantasi

Ilustrasi wanita memandang jendela (freepik.com/lookstudio)

Pernah nggak sih, membayangkan masa depan sama seseorang yang bahkan belum kamu kenal baik? Kayak, "Gimana ya kalau dia jadi pacar gue?" atau "Pasti hidup gue lebih asik kalau bareng dia." Hati-hati, ini cuma permainan pikiran yang bikin kamu makin baper.

Kita sering jatuh cinta sama versi ideal seseorang di kepala kita, bukan sama orang aslinya. Jadi sebelum makin jauh, pastikan dulu kalau kamu suka mereka karena siapa mereka sebenarnya, bukan cuma fantasi yang kamu ciptakan sendiri.

4. Merasa kesepian dan ingin cepat punya pasangan

Ilustrasi pria bersedih sendirian (freepik.com/freepik)

Kesepian bisa bikin kita lebih gampang suka sama orang. Apalagi kalau lihat teman-teman udah punya pasangan, tiba-tiba kamu jadi kepikiran, "Duh, gue juga pengin punya seseorang buat nemenin."

Tapi jangan sampai rasa sepi bikin kamu salah pilih orang. Sebelum buru-buru memutuskan perasaan, coba tanya ke diri sendiri: "Gue beneran suka dia, atau cuma butuh seseorang buat nemenin?"

5. Kurangnya pengalaman dalam hubungan

Ilustrasi pasangan makan bersama (freepik.com/freepik)

Buat yang masih baru di dunia percintaan, suka dan cinta kadang terasa sama. Karena belum banyak pengalaman, kita gampang banget menganggap rasa tertarik sebagai sesuatu yang lebih dalam.

Seiring waktu, kita bakal lebih paham bahwa cinta bukan cuma tentang perasaan berbunga-bunga di awal, tapi juga komitmen dan kesediaan buat tumbuh bareng. So, jangan buru-buru ngasih label "cinta" kalau belum benar-benar yakin!

Setelah baca ini, gimana? Apakah kamu benar-benar jatuh cinta atau cuma lagi baper? Yang pasti, nggak perlu terburu-buru dalam menentukan perasaan. Biarkan waktu yang menunjukkan apakah rasa itu bertahan atau cuma sekadar lewat. Lebih baik santai dan reflektif daripada nyesel belakangan, kan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team