Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang wanita sedang tidur di lantai.
Ilustrasi Dampak Psikologis yang Sering Dialami Korban Perselingkuhan. (pexels.com/Alina Matveycheva)

Perselingkuhan bukan sekadar pengkhianatan terhadap komitmen, tetapi juga luka emosional yang dapat membekas lama. Ketika dikhianati oleh orang yang dicintai, banyak korban merasa dunia batinnya runtuh. Kepercayaan, rasa aman, hingga harga diri ikut terguncang. Meski tidak terlihat, dampaknya dapat mengubah cara seseorang memandang hubungan dan dirinya sendiri.

Secara psikologis, perselingkuhan dapat memicu trauma emosional yang kompleks. Korban kerap mengalami campuran emosi seperti marah, sedih, hingga mati rasa. Kondisi ini dikenal sebagai attachment trauma, yaitu luka yang muncul akibat hancurnya ikatan yang sebelumnya menjadi sumber kenyamanan.

Berikut lima dampak psikologis yang paling sering dialami korban perselingkuhan.

1. Hilangnya rasa percaya dan keamanan emosional

Ilustrasi Tanda Kamu Lebih Cemas daripada yang Kamu Pikirkan. (pexels.com/cottonbro studio)

Rasa percaya menjadi elemen paling terdampak. Ketika orang terdekat justru mengkhianati, fondasi rasa aman pun runtuh. Pikiran dipenuhi keraguan dan kecemasan. Dalam teori keterikatan, kepercayaan adalah inti hubungan yang sehat. Begitu retak, korban sering kesulitan percaya pada siapa pun, bahkan hingga memasuki hubungan baru.

2. Penurunan harga diri dan munculnya self-blame

ilustrasi selingkuh (pexels.com/Daria Andrievskaya)

Banyak korban mempertanyakan diri sendiri: “Apa aku tidak cukup baik?” Padahal perselingkuhan adalah pilihan pelaku, bukan cerminan nilai korban. Namun secara emosional, korban sering terjebak dalam self-blame, kecenderungan menyalahkan diri atas sesuatu di luar kendalinya. Jika dibiarkan, ini dapat menurunkan harga diri dan membentuk pola pikir negatif.

3. Trauma emosional dan gejala mirip PTSD

Ilustrasi Philophobia, Ketakutan untuk Jatuh Cinta. (pexels.com/Karola G)

Perselingkuhan dapat memicu gejala mirip PTSD, seperti sulit tidur, kilas balik, kecemasan berlebih, atau serangan panik. Otak mulai mengasosiasikan hubungan dengan ancaman. Momen menyakitkan saat perselingkuhan terungkap sering muncul kembali sebagai ingatan intrusif. Penyembuhan kondisi ini umumnya membutuhkan waktu dan dukungan emosional.

4. Kesulitan membangun hubungan baru

Ilustrasi Tanda Kamu Kurang Bersyukur dalam Menjalani Hidup. (pexels.com/Engin Akyurt)

Setelah terluka, korban sering kali menutup diri. Meski bertemu orang baik sekalipun, trauma membuat mereka waspada dan defensif. Dalam psikologi, hal ini disebut relationship avoidance, yaitu kecenderungan menghindari kedekatan emosional demi melindungi diri. Jika tidak dipulihkan, mekanisme ini dapat menghambat terbentuknya hubungan yang sehat.

5. Ketidakstabilan emosi dan perubahan pola perilaku

Ilustrasi Psikosomatik, Luka Batin yang Menyamar Menjadi Sakit Fisik. (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Korban perselingkuhan kerap mengalami emosi yang naik turun drastis. Ada hari mereka merasa baik-baik saja, namun tiba-tiba hancur di hari berikutnya. Ini merupakan dampak dari emotional dysregulation, kondisi ketika sistem emosi kewalahan menghadapi luka besar. Perubahan perilaku yang muncul bukan tanda kelemahan, melainkan bagian dari proses adaptasi.

Perselingkuhan memang meninggalkan luka yang dalam dan memengaruhi cara seseorang mencintai serta memandang dirinya sendiri. Namun luka ini dapat sembuh. Dengan waktu, dukungan, dan penerimaan diri, korban bisa bangkit dan membangun kembali hubungan yang lebih sehat dan layak.

Itulah lima dampak psikologis yang paling sering dialami korban perselingkuhan. Jika kamu ingin versi yang lebih pendek, lebih formal, atau lebih emosional, saya bisa buatkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team