TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Skandal Implan Payudara, Ribuan Wanita Tuntut Keadilan dan Ganti Rugi

Perusahaan pemberi sertifikasi keamanan dianggap bersalah

Ribuan perempuan menderita karena implan payudara yang diproduksi perusahaan Prancis. Ilustrasi (Unsplash.com/Gemma Chua-Tran)

Samarinda, IDN Times - Ribuan wanita yang menggunakan implan payudara dari perusahaan Prancis, Poly Implant Prothese (PIP), mengalami dampak buruk pada kesehatan mereka selama bertahun-tahun. Ini dikarenakan implan tersebut diproduksi dari silikon kelas industri yang murah dan sebenarnya tidak boleh digunakan pada manusia.

Pengadilan Paris akhirnya memutuskan bahwa perusahaan yang memberikan sertifikat keamanan untuk produksi implan ini, yaitu TUV Rheinland di Jerman, dinyatakan bersalah karena dianggap lengah dalam keputusannya.

Keputusan pengadilan ini diambil pada tahun 2021, memberikan kelegaan bagi ribuan wanita yang telah berjuang untuk mendapatkan keadilan selama bertahun-tahun. Selama periode tersebut, banyak wanita yang menggunakan implan payudara PIP mengalami masalah kesehatan yang serius. PIP sendiri bangkrut ketika kasus ini mencuat ke permukaan pada tahun 2010.

1. Ribuan perempuan menderita berbagai penyakit

Ilustrasi implan payudara. (Wikipedia.org/FDA)

Produksi implan payudara oleh PIP dan pengakuannya sebagai aman oleh TUV Rheinland telah menyebar ke banyak negara di seluruh dunia. Banyak wanita dari Inggris, Prancis, bahkan hingga Kolombia di Amerika Latin dilaporkan terkena dampak kesehatan akibat implan tersebut. Lebih dari 300.000 wanita menerima implan yang diproduksi oleh PIP dalam kurun waktu 10 tahun, dari 2001 hingga 2010.

Menurut laporan dari Reuters, kelompok advokasi PIP Implant World Victims Association (PIPA) menjelaskan bahwa implan yang diproduksi oleh PIP telah menyebabkan para korban menderita penyakit autoimun, ketakutan akan kanker, dan kecemasan yang berkelanjutan. Selain itu, tingkat kejadian autisme pada anak-anak yang disusui oleh ibu dengan implan PIP juga jauh lebih tinggi daripada angka yang normal.

Dalam sebuah konferensi pers, seorang korban yang bernama Christine menyatakan perasaan lega karena "proses hukum berakhir hari ini, tetapi masalah kesehatan saya belum berakhir di sini. Saya masih memiliki silikon di tubuh saya."

Baca Juga: 10 Rekomendasi Bengkel Mobil Berkualitas di Samarinda

2. Jumlah ganti rugi untuk korban belum diputuskan

ilustrasi perempuan di kamar (pexels.com/Kevin Malik)

Perusahaan Prancis PIP, yang dulunya merupakan salah satu pemasok implan payudara terbesar ketiga di dunia, menghadapi konsekuensi hukum yang serius. Pendirinya, Jean-Claude Mas, dihukum penjara selama empat tahun oleh pengadilan Marseille pada tahun 2013, dan didenda sebesar 75.000 euro atau setara dengan Rp.1,3 miliar.

Meskipun PIP mengalami kebangkrutan pada tahun 2010, perjuangan untuk mencari keadilan bagi para korban pemasangan implan tersebut terus berlanjut. Saat ini, pengadilan Prancis memutuskan bahwa perusahaan Jerman, TUV Rheinland, yang memberikan sertifikasi keamanan dianggap lalai.

Menurut laporan dari The Guardian, PIP Implant World Victims Association menjelaskan bahwa mereka sedang berjuang untuk mendapatkan ganti rugi atas kelalaian perusahaan tersebut. Jumlahnya mungkin mencapai puluhan ribu euro untuk setiap korban. Namun, belum ada kepastian mengenai kapan dan seberapa banyak kompensasi yang akan diberikan. Keputusan diharapkan akan diumumkan pada bulan September tahun ini.

Salah satu korban implan, Gail Coxon, merasa lega setelah mendengar keputusan pengadilan. Dia menyatakan, "Saya tidak bisa mengekspresikannya, saya menangis, saya tidak tahu berapa kali saya menangis pagi ini." Coxon merasa bahwa para korban telah diperdaya mengenai kualitas implan tersebut dan menuntut pertanggungjawaban dari regulator.

Verified Writer

Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya