Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang wanita sedang melihat cermin.
Ilustrasi Keadaan Perempuan yang Membuatnya Tak Lagi Merasa Berguna. (pexels.com/Eugene Lisyuk)

Perempuan kerap memikul beban emosional dan sosial yang jauh lebih berat dari yang terlihat. Mereka dituntut untuk lembut sekaligus kuat, penuh perhatian namun tetap mandiri. Ketika realita tidak sesuai dengan ekspektasi lingkungan, banyak perempuan akhirnya merasa tidak cukup, tidak dihargai, bahkan meragukan keberhargaan dirinya.

Dari sudut pandang psikologi, perasaan tidak berguna sering muncul karena benturan antara kebutuhan pribadi dan tekanan eksternal. Saat batas kemampuan terlampaui, rasa bersalah dan pikiran negatif mudah muncul, seolah kegagalan adalah bukti tidak berharganya diri. Padahal nilai seseorang tidak ditentukan oleh tuntutan sosial, melainkan oleh dirinya sebagai individu.

Berikut lima keadaan yang kerap membuat perempuan merasa tidak lagi berguna.

1. Ketika merasa tidak mencapai standar sosial atau penampilan ideal

Ilustrasi Cara Menemukan Harapan di Tengah Gangguan Mental. (pexels.com/Sergey Makashin)

Sejak muda, perempuan didorong memenuhi standar kecantikan tertentu. Ketika standar itu tidak tercapai, rasa tidak layak bisa muncul. Dalam psikologi, kondisi ini disebut body image distortion, yaitu pandangan negatif terhadap tubuh sendiri yang tidak sesuai kenyataan. Perbandingan dengan orang lain, terutama di media sosial, membuat tekanan ini semakin kuat. Padahal nilai diri tidak pernah ditentukan oleh penampilan fisik.

2. Ketika hubungan yang dijaga sepenuh hati justru berakhir

ilustrasi perempuan sedih (pexels.com/Timur Weber)

Perempuan sering berinvestasi besar dalam hubungan. Ketika hubungan berakhir, mereka mudah menyalahkan diri sendiri. Dari perspektif keterikatan, putus cinta dapat melukai identitas, membuat seseorang mempertanyakan kelayakan dirinya untuk dicintai. Padahal hubungan berakhir bukan karena seseorang tidak cukup baik, tetapi karena dinamika dua pihak yang memang tidak berjalan.

3. Ketika tidak diapresiasi atas peran yang ia jalankan

Ilustrasi Pluviophile, Merasakan Kebahagiaan ketika Turun Hujan. (pexels.com/Isgender Salimov)

Banyak perempuan menjalankan peran ganda: bekerja, mengurus keluarga, menjadi penopang emosional, sekaligus menjaga keseimbangan rumah tangga. Namun ketika semua upaya ini dianggap biasa saja, rasa tidak berarti mulai muncul. Dalam psikologi sosial, kurangnya apresiasi dapat menurunkan sense of agency—perasaan bahwa tindakan kita memiliki makna. Bukan mereka yang tidak berguna, tetapi lingkungan yang gagal melihat kontribusinya.

4. Ketika merasa kehilangan kendali atas hidup sendiri

Ilustrasi Luka Psikologis yang Paling Sering Muncul di Usia Dewasa. (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Tekanan pekerjaan, masalah keluarga, hingga kelelahan emosional dapat membuat perempuan merasa kehilangan kendali. Kondisi ini berkaitan dengan learned helplessness, yaitu rasa pasrah karena terus menghadapi situasi yang sulit diubah. Sebenarnya mereka bukan lemah, hanya terlalu terbebani. Kondisi ini wajar dan tidak berkaitan dengan nilai diri.

5. Ketika tidak lagi mendapat ruang untuk menjadi diri sendiri

Ilustrasi Cara Mengenali Batas Diri sebelum Lelah Mengambil Alih Hidupmu. (pexels.com/MART PRODUCTION)

Banyak perempuan menghabiskan hidup mengikuti keinginan orang tua, pasangan, atau norma sosial, hingga mengabaikan suara diri. Ketika keinginan pribadi tidak punya ruang, mereka merasa kehilangan arah dan makna. Dalam psikologi humanistik, manusia butuh self-actualization—ruang untuk menjadi dirinya sendiri. Tanpa itu, bukan nilai diri yang hilang, melainkan kesempatan untuk bertumbuh.

Itulah lima kondisi yang sering membuat perempuan merasa tidak berarti. Penting diingat, perasaan ini bukan penanda nilai diri sesungguhnya. Setiap perempuan tetap berharga, terlepas dari standar dan tekanan yang diberikan lingkungan. Jika ingin versi lebih pendek, lebih formal, atau lebih emosional, saya bisa buatkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team