Praktik pengoplosan produk air minum kemasan marak juga terjadi di negara tetangga. Paling ramai, kasus pemalsuan air minum kemasan di India pada tahun 2006 hingga 2018 silam.
Modusnya, pelaku mengisi galon produk merek terkenal dengan air keran. Selanjutnya, air minum kemasan palsu ini dijual di pasaran dengan harga murah. Tentunya saja produk palsu ini langsung memperoleh respons antusias masyarakat yang tidak paham.
Para pelaku memperoleh keuntungan berlipat mengingat proses pembuatannya tidak membutuhkan modal besar. Bagi mereka yang jeli tentu akan paham, kasus serupa seperti ini berulang kali terjadi di masyarakat. Kasusnya terbongkar hampir setiap tahun di banyak tempat di Indonesia.
Praktik yang sangat merugikan konsumen ini bahkan sudah pernah memakan korban. Potensi bisnisnya mudah, murah dan cepat memberi keuntungan besar, maka para pelakunya tampak tidak pernah jera.
Di Indonesia, praktik pengoplosan air minum ini sudah beberapa kali memakan korban. Pada 2018, misalnya, air galon palsu membuat seorang korban menderita diare parah dan muntah-muntah hingga di rawat di rumah sakit. Remaja yang tinggal di sebuah kompleks perumahan di Tangerang, Banten, ini meminum air mentah yang bersumber dari air galon mineral palsu yang diproduksi tetangganya.
Bahkan, pengoplos air ini tak segan memasukkan air keran dan sumur ke dalam galon air minum isi ulang. Bahkan pada kemasan botol, para pelaku nekat mengisikan air yang bersumber dari tempat-tempat berbahaya seperti sumur, sungai, bahkan air got. Termasuk pula memasukkan bahan kimia seperti borak dan tawas agar air terlihat jernih.