Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi. Kondisi Bendungan Lempake dengan status siaga ketinggian TMA di atas 80 sentimeter (IDN Times/Yuda Almerio)
Ilustrasi. Kondisi Bendungan Lempake dengan status siaga ketinggian TMA di atas 80 sentimeter (IDN Times/Yuda Almerio)

Samarinda, IDN Times – Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Samarinda menegaskan komitmennya dalam menjaga ketahanan air dan pangan di Kalimantan Timur melalui pengelolaan enam bendungan strategis yang tersebar di wilayah tersebut.

Kepala BWS Kalimantan IV, Andri Rachmanto Wibowo, menjelaskan bahwa keenam bendungan itu tidak hanya berfungsi menampung air, tetapi juga berperan penting dalam menjaga keberlanjutan sumber daya air, ketahanan pangan, dan energi di masa depan.

“Keenam bendungan di Kalimantan Timur ini bukan hanya sekadar penampung air, tetapi juga menjadi penopang utama bagi ketahanan air, pangan, dan energi kita ke depan,” ujar Andri diberitakan Antara di Samarinda, Kamis (23/10/2025).

1. Peran vital bendungan di Kaltim

Kondisi Bendungan Lempake dengan status siaga ketinggian TMA di atas 80 sentimeter (IDN Times/Yuda Almerio)

Ia menuturkan, keenam bendungan yang menjadi fokus pengelolaan tersebut adalah Bendungan Marangkayu, Lempake, Samboja, Teritip, Manggar, dan Sepaku Semoi.
Masing-masing memiliki peran vital, mulai dari penyedia air baku, pengairan lahan pertanian, hingga pengendalian banjir.

“Contohnya, Bendungan Manggar dan Lempake sangat penting untuk memenuhi kebutuhan irigasi serta pasokan air baku bagi masyarakat,” tambahnya.

Dalam menjalankan tugasnya, BWS Kalimantan IV mengandalkan penerapan ilmu hidrologi secara akurat untuk memahami pergerakan, distribusi, dan kualitas air di alam.

“Tanpa data hidrologi yang akurat, sulit bagi kami mengatur irigasi, pengelolaan bendungan, dan jadwal tanam secara efisien,” jelas Andri.

2. Peningkatan produktifitas pangan di Kaltim

Pemandangan di sekitar Waduk Manggar KBA Giri Rejo. (dok. Pribadi/Dahli Anggara)

Menurutnya, hidrologi membantu menentukan lokasi potensial sumber air irigasi, memprediksi musim hujan, serta mengantisipasi kekeringan. Ilmu ini juga berperan penting dalam pengukuran debit dan kualitas air serta perencanaan rehabilitasi jaringan irigasi.

Pengelolaan hidrologi dan irigasi yang presisi terbukti mampu meningkatkan produktivitas lahan pertanian dan menekan risiko gagal panen di wilayah kerja BWS Kalimantan IV.

3. Manfaat dinikmati masyarakat petani

Presiden Joko "Jokowi" Widodo meresmikan Bendungan Sepaku Semoi di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. (Dok. Kementerian PUPR)

Upaya ini telah dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat, termasuk para petani di Samarinda. Salah satunya Warsiyo, anggota Kelompok Tani di Kelurahan Tanah Merah, yang merasakan perubahan besar setelah adanya rehabilitasi jaringan irigasi.

“Dampak rehabilitasi jaringan irigasi yang dilakukan BWS benar-benar terasa bagi kami para petani,” ungkap Warsiyo.

Dengan berbagai langkah tersebut, BWS Kalimantan IV optimistis upaya kolektif untuk mewujudkan swasembada pangan di Kalimantan Timur akan semakin nyata.

Editorial Team