Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Permintaan batu bara dari Cina dan India juga turut mengerek pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada 2024. (Dok. Kaltim Prima Coal)
Permintaan batu bara dari Cina dan India juga turut mengerek pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada 2024. (Dok. Kaltim Prima Coal)

Sangatta, IDN Times – Bupati Kutai Timur (Kutim) Ardiansyah Sulaiman kecewa terhadap kebijakan pascatambang PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang dinilai belum memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Menurutnya, lahan bekas tambang perusahaan tersebut kini hanya menyisakan lubang besar tanpa solusi yang berkelanjutan.

‎"Saya kecewa melihat lahan-lahan eks tambang KPC yang begitu luas, tetapi tidak memberi nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar. Padahal, jika dikelola dengan benar, lahan itu bisa menjadi sumber penghidupan baru bagi warga," ujar Ardiansyah diberitakan Antara di Sangatta, Selasa (4/11/2025).

1. Tanggung jawab perusahaan menciptakan kehidupan berkelanjutan

Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman. Foto Instagram

Ia mengingatkan, KPC sebagai salah satu perusahaan tambang terbesar di Kutai Timur seharusnya tidak hanya fokus menguras sumber daya alam, tetapi juga bertanggung jawab menciptakan kehidupan yang berkelanjutan bagi masyarakat di wilayah “Tuah Bumi Untung Benua” tersebut.

Bupati menyoroti adanya lahan bekas tambang yang kini ditanami kelapa sawit. Namun, menurutnya, pengelolaan kebun itu tidak memberikan dampak ekonomi langsung bagi warga sekitar.

‎“Jika perusahaan mau bekerja sama, pemerintah daerah sangat terbuka untuk berdiskusi dan mengelola lahan bekas tambang melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) maupun Koperasi Desa Merah Putih,” katanya.

2. Ancaman bagi daerah penghasil tambang

PT Kaltim Prima Coal (kpc.co.id)

Ardiansyah menilai, tanpa rencana pascatambang yang berkelanjutan, daerah penghasil tambang akan menghadapi stagnasi ekonomi di masa depan. Karena itu, ia meminta PT KPC untuk mencari solusi konkret agar lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan ekonomi lokal.

‎“Tambang harus menyisakan kehidupan, bukan lubang. Karena itu konsep ESG (Environment, Social, Governance) harus diterapkan secara nyata di lapangan,” tegasnya.

3. Kutai Timur menuju pembangunan berkelanjutan pascatambang

Penampakan dari atas kondisi banjir di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur yang menerjang sepekan lalu (istimewa)

Ia menambahkan, Kutai Timur perlu bersiap menuju pertumbuhan ekonomi hijau. Menurutnya, keberlanjutan pascatambang seharusnya tidak dimulai setelah kegiatan tambang berakhir, tetapi sudah harus direncanakan sejak masa operasi berlangsung.

Editorial Team