Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengunjungi Onshoer Receiving Facilities PT Eni Indonesia, Senipah, Kukar, Kaltim, Rabu (30/4/2025). (IDN Times/Hilmansyah)

Balikpapan, IDN Times - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengakui bahwa sebelumnya sempat terjadi kekhawatiran soal potensi defisit gas untuk kebutuhan dalam negeri. Hal ini terjadi karena kesalahan perencanaan pada masa lalu yang tidak memperhitungkan kebutuhan domestik secara matang.

“Setelah kami lakukan review, sebagian kuota ekspor gas untuk sementara dihentikan demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hasilnya, hingga saat ini Indonesia belum melakukan impor gas,” ujar Bahlil dalam konferensi pers di sela-sela kunjungan di Lapangan Onshore Receiving Facilities PT Eni Indoensia, Senipah, Kutai Kartanegara. 

1. Pemerintah menghindari impor gas

ilustrasi perusahaan minyak dan gas (migas) dunia (IDN Times/Arief Rahmat)

Bahlil menegaskan bahwa pemerintah berupaya maksimal untuk tidak melakukan impor gas, terutama menjelang proyeksi peningkatan produksi gas dalam negeri pada 2026 dan 2027.

“Tahun 2026 mungkin akan penuh tantangan, tapi saya dan tim di K3S serta SKK Migas akan berjuang agar tidak ada impor,” tegasnya.
Impor, menurut Bahlil, hanya akan dilakukan jika dalam kondisi darurat. Namun, selama tidak ada situasi darurat, pemerintah tetap mengandalkan pasokan gas dari dalam negeri.

“Kita harus percaya bahwa sumber daya kita mampu mencukupi kebutuhan nasional,” ujarnya.

2. Target produksi minyak nasional sebesar 1 juta barel per hari

Editorial Team

Tonton lebih seru di