Testimoni warga Irma, Samarinda Kalimantan Timur memanfaatkan health tourism di Sarawak Malaysia, Rabu (21/11/2022). (IDN Times/Sri.Wibisono)
Lebih lanjut, Director Marketing Malaysia Healthcare Travel Council Farah Delah Suhaimi menambahkan, Negara Bagian Sarawak memiliki sebanyak 87 rumah sakit yang kompeten dalam penanganan sejumlah penyakit serius. Kualitas medisnya terampil dan mampu bersaing dengan negara-negara di ASEAN.
Apalagi bila dibandingkan harganya yang dianggap bersaing.
"Malaysia mempunyai kebijakan khusus di mana tarif medis ditentukan oleh Kementerian Kesehatan. Sehingga rumah sakit dan dokter tidak bisa menentukan tarif pelayanan medisnya," paparnya.
Farah menyebutkan pertumbuhan signifikan jumlah pasien rumah sakit Sarawak selama 5 tahun terakhir. Tahun 2017 jumlah pasien mencapai 1,05 juta, 2018 naik jadi 1,2 juta, dan puncaknya 2019 menjadi 1,22 juta jiwa.
"Bisa menjadi second opinion bagi pasien-pasien yang membutuhkan pertimbangan medis," ujarnya.
Dalam evaluasinya, Farah menyebutkan sebanyak 60 persen jumlah pasien tersebut di antaranya adalah warga Indonesia. Seperti pada Tahun 2019 lalu tercatat sebanyak 670 ribu warga negara Indonesia yang berobat ke rumah sakit Sarawak.
Mereka ini terutama warga yang berdomisili di Kalimantan Barat maupun Sumatra yang lokasinya berdekatan dengan Sarawak.
Jumlah health tourism di Sarawak memang menurun drastis pada pandemik COVID-19, di mana 2020 jumlahnya jadi 587 ribu dan 2021 sebanyak 561 ribu pasien.