Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Satu Kaltimtara, Heru Narwanta, mengatakan pertumbuhan ekonomi Kaltim masih ditopang oleh sektor pertambangan dan penggalian dari sisi produksi, serta konsumsi pemerintah dari sisi pengeluaran. (Dok. Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Timur)

Samarinda, IDN Times - Ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat pertumbuhan positif pada triwulan IV-2024 dengan angka mencapai 6,12 persen secara tahunan (y-on-y). Capaian ini menjadi yang tertinggi di Pulau Kalimantan, di mana Kaltim menyumbang 47,29 persen dari total nilai tambah regional.

“Pertumbuhan ini masih ditopang oleh sektor pertambangan dan penggalian dari sisi produksi, serta konsumsi pemerintah dari sisi pengeluaran,” ujar Heru Narwanta, Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Satu Kaltimtara, dalam keterangan resminya, Selasa (29/4/2025).

Heru menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Kaltim juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi negara mitra dagang yang tetap tumbuh positif meskipun di tengah tantangan ekonomi global.

1. Tren impor-ekspor berubah, batu bara masih jadi andalan

ilustrasi batu bara (IDN Times/Aditya Pratama)

Di tengah tren penurunan permintaan, ekspor batu bara dan CPO (minyak sawit mentah) dari Kaltim mengalami tekanan. Impor batu bara oleh Tiongkok dan India masing-masing turun 11,5 persen dan 6,4 persen secara bulanan (m-to-m) pada Februari 2025, karena kelebihan pasokan dan peningkatan produksi domestik.

Sementara itu, ekspor CPO juga melambat, terutama karena penurunan permintaan dari India serta turunnya harga minyak nabati global.

Namun, ada kabar positif dari Taiwan. Negara tersebut mencatat kenaikan impor LNG sebesar 44,03 persen (y-on-y) seiring pergeseran dari energi batu bara dan nuklir menuju gas alam.

“Di tengah ketidakpastian global, batu bara tetap menjadi sumber listrik utama dan termurah di Asia. Bahkan pada 2024, komoditas ini menyumbang sekitar 56 persen pasokan listrik regional,” jelas Heru.

Ia juga menyebut bahwa kebijakan energi global, termasuk insentif dari pemerintahan Donald Trump untuk industri batu bara, bisa mengubah peta energi Asia dan membuat batu bara tetap menjadi “kuda hitam” dalam pertarungan perdagangan global.

2. APBN Kaltim: Belanja negara capai Rp10,37 triliun

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Kaltim hingga 31 Maret 2025 menunjukkan Pendapatan Negara sebesar Rp4,92 triliun, sementara Belanja Negara mencapai Rp10,37 triliun atau 18,76 persen dari total pagu Rp55,33 triliun.

Kinerja fiskal Kaltim tetap optimistis, didorong oleh program prioritas seperti Makan Bergizi Gratis yang telah diuji coba di tiga kabupaten/kota.

3. Penerimaan pajak didominasi PPh Badan, PNBP dari Pelabuhan

Ilustrasi pajak. (Dok. iStock)

Heru memaparkan bahwa penerimaan perpajakan mencapai Rp4,18 triliun, dengan pajak dalam negeri sebesar Rp3,2 triliun (9,99 persen dari target), didominasi oleh PPh Pasal 25/29 Badan yang tumbuh 46,5 persen y-on-y.

Pajak perdagangan internasional juga menyumbang Rp970 miliar atau 71,78 persen dari target, dipicu oleh peningkatan bea masuk dan keluar karena naiknya harga referensi CPO.

Sementara itu, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp744,6 miliar (35,27 persen dari target), terutama berasal dari jasa kepelabuhan untuk batu bara dan CPO. Dari tujuh Badan Layanan Umum (BLU) di Kaltim, total pendapatan yang diraih sebesar Rp158,33 miliar.

4. Transfer ke daerah dan Belanja K/L

Ilustrasi transaksi ekonomi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Realisasi Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) hingga akhir Maret 2025 mencapai Rp2,19 triliun, terdiri dari Belanja Pegawai sebesar Rp960 miliar, Belanja Barang Rp350 miliar, dan Belanja Modal Rp883 miliar.

Adapun Transfer ke Daerah (TKD) telah terealisasi sebesar Rp8,19 triliun atau 21,32 persen dari pagu Rp38,41 triliun. Dana Bagi Hasil mendominasi dengan Rp5,87 triliun, disusul Dana Alokasi Umum Rp1,52 triliun, Dana Alokasi Khusus Non Fisik Rp720 miliar, dan Dana Desa Rp810 juta.

5. Pendapatan APBD Kaltim didominasi dana transfer

ilustrasi pendapatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Hingga Maret 2025, pendapatan APBD Pemerintah Daerah se-Kaltim tercatat Rp4,49 triliun, dengan Rp3,53 triliun di antaranya berasal dari Dana Transfer. Ini menunjukkan bahwa dana pusat masih menjadi penopang utama pembiayaan daerah.

Untuk belanja, APBD Kaltim telah merealisasikan Rp1,89 triliun, mayoritas digunakan untuk belanja operasional.

Editorial Team