Ketum PPP: Demi Uang, Jelang Pemilu Produsen Hoaks Jadi Profesi

Romi menyebut penyebar hoaks hanya mementingkan uang

Sleman, IDN Times - Dalam acara Suluh Kebangsaan, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD menyatakan saat ini ada upaya produksi hoaks yang ditujukan untuk mengacaukan Pemilu serentak 17 April 2019.

Ucapan Mahfud MD tersebut diamini oleh Ketua Umum PPP Romarhurmuziy. Dia mengatakan, hoaks saat ini bukan tindakan politik karena produsen hoaks ini menjadi 'tentara' bayaran yang dibayar berdasarkan distribusi dari hoaks itu sendiri.

"Saracen yang sudah diproses hukum namun saat ini banyak sekali produsen hoaks yang dijadikan profesi," katanya di Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (23/2).

Baca Juga: Mahfud MD: Ada Kelompok yang Ingin Kacaukan Pemilu dengan Hoaks

1. Produsen hoaks tak peduli keutuhan bangsa‎

Ketum PPP: Demi Uang, Jelang Pemilu Produsen Hoaks Jadi Profesi(Ketua Umum PPP Romarhurmuziy) IDN Times/Daruwaskita

Romi, begitu dia biasa disapa, menyatakan para produsen hoaks ini sudah tidak lagi peduli dengan keutuhan Bangsa Indonesia, sebagai sesama anak bangsa atau sebagai sesama umat Islam. Menurut dia, yang mereka pedulikan hanyalah uang.

"Ini sangat prihatin karena menari di atas penderitaan anak bangsa yang resah karena begitu banyak hoaks yang disebarkan padahal yang mereka kejar semata-mata hanya uang," ucapnya.

2. Kementerian Komunikasi dan Informatika akui hoaks meningkat jelang Pemilu

Ketum PPP: Demi Uang, Jelang Pemilu Produsen Hoaks Jadi ProfesiIDN Times/Daruwaskita

Sementara itu Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengatakan dua bulan jelang Pemilu serentak penyebaran hoaks meningkat. Jika di Januari ada 60-an hoaks yang disebar maka pada Februari ada 70-an hoaks yang disebarkan.

"Kita harus berkoordinasi dengan pihak di luar Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menentukan hoaks atau bukan," ujarnya di Yogyakarta.

3. Sebarkan hoaks dengan akun bodong

Ketum PPP: Demi Uang, Jelang Pemilu Produsen Hoaks Jadi Profesi(Menkominfo Rudiantara) ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Anis Efizudin

Rudiantara juga mengatakan akun-akun yang digunakan untuk menyebarkan hoaks merupakan akan bodong yang langsung dimatikan usai menyebar ke media sosial.

"Biasanya isi hoaks yang ada di media sosial itu di "capture" kemudian diunggah lagi ke media sosial kemudian menjadi viral. Setelah dicek akun yang mengunggah hoaks itu sudah nonaktif," kata dia.

Baca Juga: Dua Bulan Jelang Pemilu Serentak, Penyebaran Hoaks Meningkat

Topik:

  • Ester Ajeng

Berita Terkini Lainnya