Bangunkan Sahur, Tradisi Meriah dan Perkembangan di Kalsel

Cara membangunkan Sahur bertranformasi 

Banjarmasin, IDN Times - Tradisi membangunkan sahur telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya umat muslim di Indonesia selama bulan Ramadan. Di Kalimantan Selatan (Kalsel), tradisi ini dikenal sebagai "bagarakan sahur" yang telah ada sejak zaman Kesultanan Banjar pada abad ke-16.

1. Bagarakan sahur jadi hiburan selama Ramadan

Bangunkan Sahur, Tradisi Meriah dan Perkembangan di KalselMansyur, Sejarahwan ULM Banjarmasin

Menurut Mansyur, seorang sejarahwan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, asal muasal tradisi ini tidak terdokumentasi dengan jelas, tetapi diyakini telah ada sejak kedatangan Islam di wilayah Banjar. Dahulu, masyarakat menggunakan lampu dari getah kayu damar, dikenal sebagai badadamaran, yang dinyalakan sejak malam 21 Ramadan hingga lebaran.

Tradisi bagarakan sahur menjadi hiburan rakyat yang populer pada masa itu, dengan berbagai alat seperti besi tua, seruling, gendang, dan gong digunakan untuk membangunkan orang agar siap sahur.

"Tradisi bagarakan sahur dengan bunyi-bunyian nyaring masih dijaga warga Banjarmasin. Berbagai perabot rumah tangga seperti ember, galon air mineral, jeriken, dan lainnya digunakan untuk ditabuh membangunkan orang agar bisa menyediakan menu sahur pada dini hari," katanya.

Baca Juga: Dishub Banjarmasin Beri Teguran Pengelola Parkir Nakal

2. Beduk jadi andalan sebelum mengenal elektronik pengeras suara

Bangunkan Sahur, Tradisi Meriah dan Perkembangan di Kalselilustrasi buka puasa (pexels.com/Sami Abdullah)

Seiring perkembangan zaman, tradisi ini juga berubah. Penggunaan pengeras suara modern seperti pelantang suara menggantikan bedug atau dauh yang digunakan sebelumnya di masjid dan langgar.

Namun, tradisi bagarakan sahur tetap hidup dengan musik yang diputar untuk membangunkan orang agar tidak kesiangan menyantap sahur. Kala sekarang ini, bagarakan sahur juga bertransformasi dengan memutar musik, apakah lagu-lagu religi maupun musik yang keras.

Tujuannya, sama untuk membangun orang agar tak terlelap, dan kesiangan bersantap sahur.

3. Transformasi cara bagarakan sahur

Bangunkan Sahur, Tradisi Meriah dan Perkembangan di KalselTradisi membangunkan sahur yang menyenangkan.

Di beberapa wilayah seperti Kelurahan Alalak Tengah, pemuda dan remaja kini menggunakan alat modern seperti drumband untuk membangunkan umat muslim, sering kali disertai dengan lagu-lagu humoris. Tradisi ini menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Banjar di Kalsel. 

Bagarakan sahur tidak hanya menjadi ekspresi keagamaan, tetapi juga menunjukkan kemampuan adaptasi masyarakat terhadap kondisi sosial dan alam. Meskipun telah mengalami transformasi, tradisi ini tetap mempertahankan esensi budaya yang khas dari wilayah tersebut.

"Pada era tahun 60-an hingga era tahun 70-an bagarakan sahur menjadi hiburan rakyat yang populer setiap Ramadan. Saat itu, tak hanya besi tua yang menjadi alat yang dipukul tetapi ditambah dengan suara seruling, gendang, dan gong," tutupnya

Baca Juga: Pasar Wadai Ramadan di Banjarmasin Dibuka dengan Sajian Tajil Lokal

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya