Budidaya Ikan Haruan yang Turut Menjadi Faktor Inflasi di Kalsel

Petani lebih pilih budidaya patin dan lele

Banjarmasin, IDN times - Tingginya permintaan dan kelangkaan ikan haruan atau gabus menjadi faktor penyebab inflasi di Kalimantan Selatan (Kalsel). Pemerintah terus berupaya untuk memastikan ketersediaan ikan air tawar ini. Seperti diketahui, haruan adalah sejenis ikan air tawar menjadi kegemaran masyarakat di Kalsel. 

Pelbagai hidangan menu Suku Banjar menggunakan ikan haruan sebagai bahan utamanya. 

1. Ikan haruan jenis ikan yang sulit dibudidayakan

Budidaya Ikan Haruan yang Turut Menjadi Faktor Inflasi di KalselKadis Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Banjarmasin, Yuliansyah.

Menurut Kadis Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Banjarmasin Yuliansyah, langkanya ikan haruan disebabkan oleh kesulitan dalam pembiakan. Hal ini membuat ikan haruan hanya bisa diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang mencari di perairan rawa.

Yuliansyah menjelaskan bahwa kesulitan dalam pembiakan ikan haruan disebabkan oleh kebutuhan akan pakan hidup, seperti katak, jangkrik, ulat, atau pakan hidup lainnya.

Namun, mencari pakan hidup memerlukan biaya yang tidak sedikit dan pasokannya juga terbatas. Hal ini karena pakan hidup biasanya digunakan sebagai umpan memancing.

"Budidaya ikan haruan memerlukan pakan hidup, yang menjadi kendala bagi petani untuk mau membudidayakan," ujarnya.

Baca Juga: PTAM Bandarmasih Klaim 92 Persen Warga Banjarmasin Dapat Air Bersih

2. Masa panen ikan haruan lama

Budidaya Ikan Haruan yang Turut Menjadi Faktor Inflasi di KalselIkan haruan hasil pancingan.

Selain itu, masa panen ikan haruan juga relatif lama, memerlukan waktu lebih dari enam bulan sebelum bisa dipasarkan, dengan ukuran yang masih sedang. Hal ini membuat sebagian petani enggan untuk membudidayakan ikan haruan.

Berbeda dengan ikan lele dan patin yang memiliki masa panen lebih singkat, mulai dari tiga hingga empat bulan sudah bisa dipasarkan.

3. Nilai ekonomis ikan haruan di masyarakat Kalsel

Kepala Bidang Penguatan dan Pengembangan dan Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Banjarmasin Faisal Akli mengatakan, komoditas ikan haruan memiliki nilai ekonomis tinggi di masyarakat. Harga ikan haruan bisa menembus Rp90 ribu per kilogram.

Harganya berbeda jauh dibandingkan jenis ikan tawar lainnya, semisal patin Rp27 ribu per kilogram dan nila Rp40 ribu per kilogram, 

“Ikan haruan memang yang paling mahal, karena ikan ini jumlahnya terbatas. Tak heran ikan haruan penyumbang inflasi, sementara peminatnya banyak,” ucapnya.

Baca Juga: Pemkot Banjarmasin Melarang THM Beroperasi selama Ramadan

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya