8 Seniman Kritik Pemerintah Lewat Karya Seni 'Merawat Ingatan Warga' 

Cocok untuk mengisi waktu libur panjangmu

Pontianak, IDN Times - Salah satu upaya mengkritik pemerintah terkait masalah sosial di masyarakat, 8 seniman di Kalimantan Barat (Kalbar) membuat pameran seni dengan tema ‘Merawat Ingatan Warga’.

Sejumlah karya seni dari segala aspek, mulai dari gambar, visual, animasi, audio, fotografi, hingga membatik dituangkan ke dalam 8 karya seni pada pameran tersebut.

Pameran ini digelar di Port99 Pontianak, mulai 9 hingga 12 Mei 2024. Delapan seniman yang ikut serta dalam pameran ini di antaranya adalah Jessica Wusyang, Teguh Yanu Priyatna, Ayu Murniati, Woituah, M Ridha Alhamdani, Sofia Rahayu, Widy Anggara, dan Priska Yenirianto.

1. Soal isu permasalahan pesisir dan muara sungai

8 Seniman Kritik Pemerintah Lewat Karya Seni 'Merawat Ingatan Warga' 8 seniman asal Kalbar ikut pameran ‘Merawat Ingatan Warga’. (IDN Times/Teri).

Kurator Pameran Seni Merawat Ingatan Warga, Gusti Enda mengatakan, delapan karya seni ini memiliki narasi dan bentuk karya yang berbeda. Namun jika digabungkan, delapan karya tersebut memiliki makna tersirat.

“Pameran seni ini bagaimana kita merespon ingatan warga, ketika kita dihadapkan dengan wilayah geografis Kalbar seperti pantai pesisir dan muara sungai,” kata Gusti, Kamis (9/5/2024).

Karya seni karya Ayu menggambarkan tentang penumpukan sampah di laut yang berdampak dengan biota-biota laut. Ayu membuat mural binatang laut, dan membuat instalasi sampah dengan benang-benang kusut.

Selanjutnya, ada karya seni foto dari Jessica yang memotret sejumlah kejadian atau bencana di wilayah Kalbar. Seperti banjir, abrasi, hingga kekeringan.

Baca Juga: 5 Tips Membuat Bakwan Pontianak yang Garing dan Gurih

2. Gambarkan situasi konservasi dugong terancam tambang

8 Seniman Kritik Pemerintah Lewat Karya Seni 'Merawat Ingatan Warga' Pengunjung melihat karya konservasi dugong terancam tambang. (IDN Times/Teri),

Karya Sofia Rahayu menceritakan situasi pulau Gelam saat ini, medium yang digunakan adalah intalasi, media campuran, dan dimensi variabel. Merepresentasikan aktivitas tambang pasir yang dikhawatirkan dapat merusak lingkungan.

“Pameran ini membayangkan bagaimana hari ini praktik seni bisa dinarasikan sebuah narasi baru, merespon isu sekitar itu jadi jembatan proses kreatif seniman dalam merespons isu,” ucapnya.

Lalu ada juga karya seni yang merepresentasikan soal terumbu karang di suatu pulau rusak karena ulah manusia. Karya tersebut dibuat dengan bentuk animasi, dan terpajang terumbu karang.

3. Gerobak kayu sebagai media interkasi

8 Seniman Kritik Pemerintah Lewat Karya Seni 'Merawat Ingatan Warga' Pengunjung dapat meraba, merasa, dan mencium display gerobak di sana. (IDN Times/Teri).

Yang menjadi pusat perhatian pengunjung adalah gerobak kayu atau instalasi interaktif, Gusti menyebutkan bahwa gerobak ini menggambarkan media interkasi masyarakat pesisir yang sedang berjualan hasil lautnya.

“Di gerobak ini pengunjung bisa masuk, jadi bisa memegang, merasa, meraba, hingga mencium berbagai dagangan yang dipajang, salah satunya seperti belacan, hingga cencalok,” sebut Gusti.

Tak hanya itu, ada juga karya seni audio dengan judul gertak sebagai ruang bunyi. Pada visual yang ditampilkan, seniman ini merekam bunyi gretak kayu. Karya seni ini mengingatkan kita bahwa gertak-gertak kayu saat ini sudah tergantikan dengan jembatan beton.

4. Karya seni batik sebagai ungkapan emosi

8 Seniman Kritik Pemerintah Lewat Karya Seni 'Merawat Ingatan Warga' Karya seni di pameran tersebut disajikan dengan berbagai medium. (IDN Times/Teri).

Seniman asal Kota Singkawang, Priska membuat suatu gambar di atas kain. Gambar tersebut merepresentasikan dampak dari keseluruhan permasalahan-permasalahan yang terjadi.

“Pemaknaan masyarakat pesisir yang berhubungan erat dengan berbagai perubahan dan pergeseran. Ini menggambarkan ketika lingkungan sudah rusak, masa sekarang atau pun masa depan,” sebutnya.

Gusti bilang secara tersirat, karya seni ini sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah ketika pesisir pantai hingga muara laut tak kunjung dijaga. Pameran seni ini dapat menjadi salah satu tujuan libur panjangmu, sekaligus menambah wawasan menarik di dalamnya. Untuk masuk ke sini, pengunjung dapat membeli tiket masuk seharga Rp15 ribu.

Baca Juga: Bandara Supadio di Pontianak Diturunkan Statusnya Menjadi Domestik

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya