Bank Sampah Atasi 26 Persen Volume Sampah di Pontianak

Tahun 2022 ada 401 ton sampah per hari nya

Pontianak, IDN Times - Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) hingga saat ini mempunyai satu tempat pembuangan akhir (TPA), lima Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) yang dikelola oleh pemerintah, dua Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang dikelola oleh bank swasta.

Sedangkan sebanyak 23 bank sampah aktif tersebar di seluruh Kecamatan di Pontianak. Banyaknya jumlah tempat pembuangan sampah, serta pengolahan sampah membuat volume sampah di Pontianak menjadi berkurang.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pontianak Syarif Usmulyono menyebutkan, pihaknya baru saja mendapatkan sertifikat Adipura dengan salah satu kriteria penilaian adalah bank sampah yang aktif di setiap daerah.

“Tahun 2023 kemarin kita kembali mendapat sertifikat Adipura. Bahkan bank sampah kita juga ada di sekolah-sekolah, seluruh tingkatan ada SMA, SMP dan SD itu sekolah Adiwiyata, kita punya 127 sekolah Adiwiyata,” paparnya, Sabtu (7/10/2023).

1. Tak ada bank sampah yang mangkrak, Pemkot Pontianak akan tambah bank sampah

Bank Sampah Atasi 26 Persen Volume Sampah di PontianakSejumlah sampah non organik yang ada di bank sampah Rosella Pontianak. (IDN Times/Istimewa).

Usmulyono menyebutkan, sampai saat ini tak ada bank sampah atau tempat pembuangan yang mangkrak. Bahkan, kata dia, Pemkot Pontianak akan menambah sejumlah bank sampah di tahun 2024.

“Tidak ada yang mangkrak semua masih berjalan dengan baik, malah bank sampah akan kita tambah di tahun 2024,” sebutnya.

Hingga saat ini, sejumlah bank sampah yang ada di Pontianak dibina dan diawasi oleh Pemkot Pontianak, sedangkan untuk anggaran biasanya mereka dibantu dari program CSR perusahaan swasta.

Dengan adanya puluhan bank sampah di Pontianak, kata Usmulyadi membuat volume sampah bisa berkurang sekitar 24 sampai 26 persen.

“Volume sampah yang bisa dikurangi karena ada bank sampah, paling tidak bisa berkurang sekitar 24 sampai 26 persen dari total timbulan sampah kita,” lanjutnya.

Baca Juga: Kedai Kopi Vintage di Pontianak, Sajikan Kopi Pasier ala Turki

2. Buah durian dan kelapa jadi penyumbang sampah buah terbanyak

Bank Sampah Atasi 26 Persen Volume Sampah di PontianakPenjual kelapa muda mulai menjamur di Pontianak menyebabkan sampah kelapa semakin membludak. (IDN Times/Istimewa).

Usmulyadi menyebutkan, sejauh ini penyumbang sampah terbanyak adalah buah durian dan buah kelapa. Namun kata dia, buah durian masih dapat terurai oleh alam dengan cepat, berbeda dengan buah kelapa.

“Kalau musim buah, sampah terbanyak itu ada durian dan kelapa muda. Sampah durian itu masih bisa cepat terurai, sedangkan buah kelapa muda agak sulit bahkan kita belum menemukan penelitian untuk penguraian batok kelapa muda itu,” ungkap Usmulyadi.

Di tahun 2022 sendiri ada 401 ton sampah per harinya, pihaknya memperkirakan di tahun 2023 volume sampah akan meningkat menjadi 406 ton per hari.

“Ini belum bicara musim buah, kalau musim buah pada puncaknya kemarin bulan lalu bisa naik 10 sampai 15 persen. Kalau durian bisa kita busukkan, kalau batok kelapa tidak semudah itu. Sudah menjamur juga orang yang jual kelapa, karena minuman sehat juga,” ucapnya.

Usmulyadi mengatakan, di tahun 2022 sendiri sampah organik masih mendominasi jumlahnya, yakni berkisar 60 sampai 70 persen yang berasal dari sampah rumah tangga, dan diikuti dengan sampah buah-buahan.

3. 200 kg sampah tiap bulan di bank sampah diolah jadi produk ekonomis

Bank Sampah Atasi 26 Persen Volume Sampah di PontianakPemilik bank sampah Rosella perlihatkan kerajinan yang dihasilkan dari sampah non organik. (IDN Times/Istimewa).

Pemilik Bank Sampah Rosella Sulviawati menyebutkan, sejak adanya bank sampah ini warga jadi rutin mengantarkan sampahnya ke tempat tersebut. Karena kata dia, selain menjaga kebersihan, sampah tersebut juga dapat ditukarkan menjadi uang.

“Alhamdulillah mereka peduli dengan sampah, mereka sudah tahu sampah yang dihargai. Kalau mereka yang jauh-jauh itu sampahnya sudah dipilah sampah yang tidak berguna, diserahkan ke kita, istilahnya sedekah, sedekah sampah yang tidak bisa dijual ke pengepul,” ungkap Sulvia.

Harga sampah bervariasi, Sulvia menyebutkan, biasanya 1 kilogram sampah dibanderol dengan Rp1.500 sampai Rp2 ribu. Seluruh sampah non organik tersebut langsung diolah menjadi sejumlah barang.

Di bank sampah Rosella dapat mengolah sampah non organik menjadi beberapa produk, mulai dari BBM, kursi, tutup stoples, berbagai macam kerajinan, pokok telur, hingga sirih pinang. Omset yang dihasilkan dalam satu bulannya, kata Sulvi bisa mencapai Rp2,5 juta.

“Kita ajari anak-anak buat manggar dari sampah aluminium foil. Produk-produk olahan tersebut kita jual bisa dari mulut ke mulut, atau lewat sosial media. Mulai dari Rp75 ribu sampai Rp100 ribu,” ungkap Sulvia.

4. Pemkot Pontianak harus tegas batasi penggunaan plastik sekali pakai

Bank Sampah Atasi 26 Persen Volume Sampah di PontianakSampah daur ulang di Bank Sampah Rosella disulap menjadi BBM. (IDN Times/Istimewa).

Aktivis Lingkungan di Pontianak, Adam menyebutkan sampah menjadi salah satu permasalahan lingkungan hidup yang memang perlu mendapat perhatian serius semua pihak, terutama pemerintah di suatu daerah.

Pengelolaan sampah di Kota Pontianak selama ini memang diatur sedemikian rupa melalui penyediaan tempat pembuangan sampah pada sejumlah titik sekitar wilayah kota, sebelum akhirnya diangkut untuk dibawa di tempat pembuangan akhir.

“Demikian pula mekanisme waktu pembuangan di tempat sampah selama ini, diatur melalui Perda. Namun demikian, tidak serta merta proses pembilahan sampah organik dan non organik sebagaimana diharapkan dalam praktiknya dijalankan secara konsisten selama ini,” terang Adam.

“Karena kenyataannya, masih banyak sampah-sampah yang berada di TPS justru bercampur baur, dan tidak jarang malah kerap dibongkar ulang oleh pemulung untuk mengambil sampah-sampah yang masih bisa digunakan dan atau masih bernilai ekonomi,” lanjut Adam.

Hal ini bisa terjadi, kata Adam, karena belum adanya kesadaran maupun keterbatasan tempat penampungan sampah berdasarkan kategorinya yang tersedia memadai dan bahkan volume sampah setiap harinya juga relatif sangat banyak dengan angka 401,3 ton.

Sebagai inisiatif, kehadiran bank sampah-bank sampah yang telah gagas tentu diniatkan untuk membantu menangani permasalahan sampah rumah tangga untuk dapat didaur ulang dan dimanfaatkan, namun demikian tidak semuanya dapat berjalan efektif.

“Karenanya, perlu ada proses-proses evaluasi untuk mengoptimalkan keberadaan bank sampah-bank sampah yang dibangun. Pembangunan fasilitas berupa bank sampah yang ada, bila ternyata tidak efektif lantas tidak dibarengi dengan evaluasi serius untuk meningkatkan layanan dan kesadaran warga untuk berpartisipasi mengurangi dengan membilah sampah, maka akan menyisakan persoalan. Tentu kita tidak berharap inisiatif yang ada menjadi terkesan berbasis proyek semata,” paparnya.

Karenanya, peran pemerintah daerah dengan perangkatnya, penting memastikan agar bank sampah yang telah dibentuk berjalan efektif dengan mengoptimalkan pembinaan dan pengawasan.

“Upaya untuk menekan penambahan jumlah sampah yang dihasilkan warga Kota juga penting dilakukan melalui pembatasan menggunakan plastik sekali pakai sebagaimana mandat Perwako Pontianak soal sampah,” tukasnya.

Baca Juga: Warga Pontianak Heboh dengan Munculnya Buaya Muara di Selokan 

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya