Kekeringan Jadi Faktor Menurunnya Produktivitas Pertanian di Kalbar

Produktivitas pertanian di Kalbar menurun di tahun 2022

Pontianak, IDN Times - Produktivitas padi di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) di tahun 2021 hingga 2022 menurun. Pada tahun 2022 produktivitas padi di Kalbar di angka 30,38 kuintal per hektare (Ku/Ha).

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar Florentinus Anum menyebutkan, produktivitas padi di Kalbar angkanya cukup berfluktuatif. Namun di tahun 2023 produktivitas tersebut belum dapat terpantau.

“Produktivitas padi Provinsi Kalimantan Barat berfluktuatif, di tahun 2018 di angka 27,92 (Ku/Ha), di tahun 2019 meningkat jadi 29,23 (Ku/Ha). Tahun 2020 naik jadi 30,33 (Ku/Ha), tahun 2021 naik lagi menjadi 31,90 (Ku/Ha), dan di tahun 2022 menurun jadi 30,28 (Ku/Ha),” jelas Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, Florentinus Anum, Jumat (15/9/2023).

1. Tahun 2022 produktivitas tertinggi di Kabupaten Ketapang

Kekeringan Jadi Faktor Menurunnya Produktivitas Pertanian di KalbarKepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, Florentinus Anum. (IDN Times/Istimewa).

Anum menyebutkan, pada tahun 2022 produktivitas pertanian tertinggi ada pada Kabupaten Ketapang sebesar 38,72 Ku/Ha, sedangkan produktivitas pertanian terendah di Kabupaten Sanggau yaitu 24,52 Ku/Ha.

Produktivitas pertanian, kata Anum, juga dipengaruhi oleh penggunaan varietas unggul baru pada padi adaptif dengan potensi hasil tinggi, penyediaan benih secara tepat (varietas, mutu, jumlah waktu, tempat), dan pendampingan serta pengawalan teknologi oleh petugas lapang.

Baca Juga: Korsleting Listrik, 40 Kios Pasar Sudirman Pontianak Terbakar

2. Kekeringan jadi salah satu kendala petani

Kekeringan Jadi Faktor Menurunnya Produktivitas Pertanian di KalbarStok beras Bulog Kalbar, di Gudang Bulog Sungai Raya. (IDN Times/Teri).

Anum memaparkan terkait perkembangan pertanian, para petani di Kalbar ternyata masih menghadapi beberapa kendala. Di antaranya adalah rendahnya produktivitas, gangguan hama penyakit, kekeringan, serta kurangnya varietas unggul yang berpotensi tinggi.

“Kendalanya seperti gangguan hama penyakit, kekeringan, dan kurangnya varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi yang stabil pada lahan marginal. Namun, pengembangan pertanian di Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan, di antaranya adalah kurangnya modal dan teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian,” papar Anum.

Selain itu, faktor cuaca seperti banjir hingga kekeringan sering menjadi masalah bagi para pertani di Kalbar dalam memenuhi kebutuhan produksi beras.

“Infrastruktur pengairan yang kurang mendukung, terutama di saat MT Gadu (debit dan kualitas air). Kekeringan mengakibatkan produktivitas tanaman padi menjadi rendah, mudah terserang Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), bahkan bisa berakibat gagal panen atau puso,” ungkap Anum.

3. Pernah ada program food estate di Kalbar tahun 2022

Kekeringan Jadi Faktor Menurunnya Produktivitas Pertanian di KalbarKepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, Florentinus Anum. (IDN Times/Istimewa)

Food estate sendiri merupakan sebuah program pemerintah Indonesia yang berguna untuk menjaga ketahanan pangan. Pada tahun 2022, kata Anum, Kabupaten Sambas melalui dana APBD I mendapatkan alokasi bantuan food estate seluas 400 Ha yang dilaksanakan di Kecamatan Tebas, dan berlokasi di 10 Desa, 10 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), dan 18 Kelompok Tani (Poktan).

Anum mengatakan, food estate padi merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produksi padi, dan produksi beras. Food estate juga merupakan implementasi program intensifikasi dalam meningkatkan produktivitas padi di Kalbar.

“Adanya food estate ini agar produksi padi di Kabupaten Sambas semakin meningkat. Namun untuk tahun 2023 tidak ada alokasi bantuan food estate untuk wilayah Kalbar,” tukasnya.

Baca Juga: Sleep Call Roadshow ke Pontianak, Fajar Beberkan Sifat Rachel Vennya

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya