Kiat Pengusaha Kopi Bertahan di Era Gempuran Tren Kopitiam Pontianak

Kisah Akil, bertahan saat masa pandemi dan persaingan bisnis

Pontianak, IDN Times - Kedai kopi atau coffeeshop kian menjamur setelah pandemik COVID-19 mereda. Pada pelaku usaha berbondong-bondong membuat tempat ngopi kekinian agar menarik para pengunjung, tak terkecuali di Pontianak Kalimantan Barat (Kalbar).

Pemerintah Kota Pontianak pada 2022 merilis ada sebanyak 800 tempat usaha kafe berdiri, angka itu juga mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD), nilainya cukup besar untuk perolehan pajak daerah, yakni mendekati 30 persen dari PAD.

Salah satu coffeeshop di Pontianak yang berani membuka usahanya saat pandemik melanda adalah Bermuda Coffee. Coffeeshop ini buka di tahun 2019, saat pandemi COVID-19 melanda seluruh penjuru daerah.

Pemilik Bermuda Coffee, Akil Setiawan mengatakan sudah jatuh bangun dalam membangun usaha bisnis coffeeshop di Pontianak, terlebih saat ini banyak menjamur tren kopitiam dengan konsep interior coffeeshop.

“Bangun ini karena awalnya aku kerja di coffeeshop, jadi setiap mimpi barista itu punya coffeeshop sendiri,” kata Akil, Jumat (5/1/2024).

1. Upaya Akil bertahan saat pandemik

Kiat Pengusaha Kopi Bertahan di Era Gempuran Tren Kopitiam PontianakSegmen pengunjung di Bermuda Coffee beragam usia. (IDN Times/Teri).

Coffeeshop ini dibuka pada tahun 2019, saat itu pandemik COVID-19 mulai muncul. Akil sempat mengaku kewalahan saat pandemik, dia harus bisa berjuang dengan ide-ide lain di saat pemerintah harus membatasi aktivitas atau interaksi di luar rumah.

“Waktu itu aku akhirnya memperkuat di bagian penjualan online. Tapi akhirnya setelah itu aku bisa bangkit, lumayan merosot banget waktu pandemik pemasukan menurun 70 persen,” jelas Akil.

Namun selepas pandemik, saat tren coffeeshop mulai kembali menjamur, pemasukan dari usaha kopi bisa 2 kali lipat dari sebelumnya. Menurut Akil, bisnis kopi akan terus berkelanjutan asal pemilik coffeeshop bisa membaca pangsa pasar.

“Menurutku bisnis kopi ini akan berkelanjutan karena orang-orang akan tetap ngopi, hanya saja yang membedakan itu tren atau bagaimana cara mereka menyajikannya aja, itu pasti akan berubah-ubah. Contohnya sekarang lagi menjamur kopitiam,” papar Akil.

Baca Juga: Polisi Sita Puluhan Miras dan Sajam Jelang Tahun Baru di Pontianak

2. Lokasi strategis tinggi, banyak pengusaha buka kedai dalam gang

Kiat Pengusaha Kopi Bertahan di Era Gempuran Tren Kopitiam PontianakBermuda Coffee usung tema ‘lifestyle’. (IDN Times/Bermuda Coffee).

Menurut Akil, biaya yang paling besar untuk membuka coffeeshop adalah bagian interiornya. Biaya interior biasanya 2 kali lipat lebih tinggi dari biaya sewa. Namun biaya sewa juga cukup tinggi jika lokasinya berada di tempat strategis.

Biaya sewa yang tinggi membuat sejumlah pengusaha kopi membuka kedai atau coffeeshop-nya di dalam gang, atau tempat seadanya untuk mengakali biaya sewa agar rendah.

“Nah sekarang juga udah banyak tempat kopi yang buka di dalam gang atau dekat pemukiman warga, tapi di sana dia harus punya unique selling agar customer rela pergi ke dalam gang itu,” ucap Akil.

Namun menurut Akil, masih ada customer yang datang ke suatu coffeeshop karena penasaran dengan tempat itu. Menurutnya yang menjadi tulang punggung bisnis kopi itu adalah customer reguler, bukan customer yang datang karena penasaran.

“Memang ada customer yang datang karena penasaran, tapi pada akhirnya mereka akan menilai apakah mereka nyaman berada di sana dan menikmati produknya. Tapi yang penting adalah customer regulerlah yang menjadi tulang punggung menghidupi coffeeshop itu,” sebutnya.

Dibutuhkan bisa Rp1 miliar lebih untuk membangun coffeeshop. Akil sebelumnya punya 5 cabang Bermuda, karena pemilik tempat tidak memperpanjang kontrak akhirnya Bermuda Coffee tersisa 1 tempat, yakni di Jalan Irian, strategis dari pusat Kota Pontianak.

Menurutnya, yang menjadi unique selling di Bermuda Coffee adalah kopi susu keju dan keju gembira yang tak dijual di tempat lain. Selain itu, Akil juga membranding lifestyle dengan cara menjual berbagai barang seperti helm, sepatu, celana, baju, dan produk lifestyle lainnya.

3. Flow pengunjung harus bisa menutup biaya interior

Kiat Pengusaha Kopi Bertahan di Era Gempuran Tren Kopitiam PontianakPengunjung yang datang bermuda rerata anak muda. (IDN Times/Teri).

Menurut Akil, interior ataupun kapasitas tempat harus diperhitungkan. Jangka waktu customer berkunjung dan kapasitas ruangan penting untuk diperhitungkan karena di sanalah terjadinya perputaran transaksi.

“Kita harus memperhitungkan berapa banyak kursi dan berapa lama perputaran customer, ini yang kadang tidak dipikirkan oleh pengusaha kopi,” terang Akil.

Di Bermuda sendiri segmen orang-orang yang datang bermacam-macam, mulai dari usia 20 hingga 50 tahunan. Mereka datang untuk mengisi waktu istirahat kerja, atau bahkan kerja dari coffeeshop dengan membawa laptop.

"Lalu hal yang penting dan sering diabaikan pemilik coffeeshop adalah pembukuan keuangan, kita harus memiliki saving money ketika kita sudah untung jangan langsung dihabiskan karena bisa saja ada biaya tak terduga,” papar pria berusia 32 tahun itu.

4. Tips pemula untuk membangun usaha kopi

Kiat Pengusaha Kopi Bertahan di Era Gempuran Tren Kopitiam PontianakBermuda Coffee juga menjual produk lifestyle. (IDN Times/Teri).

Pada kesempatan itu, Akil sempat memberikan tips untuk pemula yang ingin membuka bisnis kopi. Menurutnya, hal yang harus diperhatikan saat membangun bisnis ini adalah kita harus punya standar rasa untuk disajikan kepada customer.

“Paling penting adalah kita harus menguasai apa yang harus kita jalankan, minimal kamu harus tau kopi yang enak kamu suguhkan ke customer, jangan ketergantungan dengan barista kamu juga harus menguasai managemen produknya,” tegas Akil.

Terkadang ada masa-masa sulit yang harus dikerjakan sendiri, sehingga owner harus menguasai managemen produk, atau ilmu untuk operasional coffeeshop itu sendiri.

5. Sehari dua kali ngopi habis Rp50 ribu

Kiat Pengusaha Kopi Bertahan di Era Gempuran Tren Kopitiam PontianakBermuda menyajikan kopi spesial yang beda dari tempat lain. (IDN Times/Bermuda Coffee).

Salah satu mahasiswa di Pontianak, Ayu mengatakan dirinya menghabiskan waktu di kedai kopi atau coffeeshop berjam-jam. Ayu pergi ke coffeeshop 2 kali dalam sehari, pada siang dan malam hari.

“Biasanya kalau siang aku ngerjain tugas lumayan biasa berjam-jam, kan biasanya juga harga kopi susu standar Rp20-Rp25 ribu. Terus malam kadang ke coffeeshop untuk nongkrong sama teman kan udah stres kuliah, nugas seharian,” kata Ayu.

Kadang jika kehabisan uang bulanan, dia mencari kedai kopi yang lebih murah dari biasanya. Seperti halnya kedai kopi tiam, atau warung kopi yang berjejer di Jalan Gajahmada Pontianak.

“Terus kan sekarang banyak tempat (ngopi) baru, kopitiam gitu jadi datang kesana penasaran mau liat tempatnya kalau estetik ya bisa buat foto-foto,” tukasnya.

Baca Juga: Harga Sembako Mahal di Pontianak, Anies akan Berantas Mafia Beras

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya