Momen Masyarakat Dayak Upacara Kemerdekaan dengan Pakaian Adat Lengkap

Upacara dilakukan di perbatasan Indonesia dan Malaysia

Pontianak, IDN Times - Memperingati Hari Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia, Warga Adat Dayak di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat (Kalbar) mengikuti upacara di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, pada Kamis (17/8/2023). Mereka menggunakan pakaian adat lengkap saat ucapara berlangsung.

Upacara yang dilakukan di perbatasan Indonesia dan Malaysia itu berlangsung khidmat. Upacara yang digelar oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) ini melibatkan semua elemen masyarakat, salah satunya adalah masyarakat adat dayak setempat.

1. Upacara dengan pakaian adat dan atribut lengkap

Momen Masyarakat Dayak Upacara Kemerdekaan dengan Pakaian Adat LengkapMasyarakat dayak di Kalbar ikut upacara kemerdekaan di PLBN Entikong. (IDN Times/Tri Purnawati).

Masyarakat adat yang ikut upacara ini tergabung dalam Tariu Borneo Bangkule Rajakng atau dikenal dengan sebutan Pasukan Merah TBBR. Mereka mengikuti upacara dengan mengenakan pakaian adat bercorak merah, kuning dan hitam dengan sehelai bulu Burung Enggang di kepala.

Satu di antara masyarakat tersebut adalah Antonius Moses. Dia mengatakan, tujuan mereka menggunakan pakaian adat Dayak ini adalah untuk menujukkan ciri khas masyarakat adat.

“Inilah ciri khas kita, pakaian ada dengan warna merah, kuning dan hitam,” kata Moses.

Baca Juga: Pontianak Diselimuti Kabut Asap, Ada 1.174 Titik Panas di Kalbar

2. Bangkit dari pandemik

Momen Masyarakat Dayak Upacara Kemerdekaan dengan Pakaian Adat LengkapUpacara HUT Kemerdekaan ke-78 RI di perbatasan Malaysia. (IDN Times/Tri Purnawati).

Dalam momentum kemerdekaan ini, Moses berharap perekonomian masyarakat di perbatasan kembali meningkat. Menurut dia, saat pandemik, kehidupan masyarakat perbatasan, khususnya masyarakat adat terpuruk dan sekarang pun belum sepenuhnya pulih.

“Harapan kita tentunya perekonomian masyarakat meningkat, karena sejak pandemik kehidupan kita susah,” ucap Moses.

Sebagaimana diketahui, Tariu Borneo Bangkule Rajakng atau dikenal dengan sebutan Pasukan Merah TBBR adalah organisasi kemasyarakatan adat aDayak yang bergerak di bidang pelestarian adat dan budaya.

Tariu Borneo Bangkule Rajakng berusaha mempertahankan tradisi untuk mendorong masyarakat Dayak bersatu, maju, dan bermartabat. Organisasi ini memiliki anggota yang tersebar di seluruh Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

3. PLBN Entikong diharapkan jadi episentrum pembangunan ekonomi

Momen Masyarakat Dayak Upacara Kemerdekaan dengan Pakaian Adat LengkapWarga Kabupaten Sanggau, Kalbar menonton upacara kemerdekaan di perbatasan Entikong. (IDN Times/Tri Purnawati)

Staf khusus Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Bidang Pemerintahan Desa dan Pembangunan Perbatasan, Hoiruddin Hasibuan yang bertindak sebagai inspektur upacara mengenakan busana adat Dayak dengan mengenakan rompi tenun dan kopiah.

Dalam sambutannya, Hoiruddin mengatakan, dalam pengelolaan perbatasan negara, Presiden Joko Widodo selalu mengingatkan untuk mewujudkan perbatasan sebagai halaman dan beranda depan NKRI.

Kehadiran 13 PLBN, tidak hanya mengubah kondisi fisik kawasan perbatasan yang sebelumnya dinilai tidak layak. Namun, sejatinya dalam spirit kebangsaan, PLBN telah menguatkan dan menaikkan kebanggaan, serta harga diri warga perbatasan, bangsa Indonesia dalam berhadapan dengan negara tetangga.

"Kerja kita tentu tidak berhenti di fisik saja. Bapak Presiden meminta agar PLBN tidak hanya sebagai tempat pelayanan administrasi lintas batas, tetapi harus menjadi episentrum bagi pengembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di sekitar PLBN," kata Hoiruddin.

Hoiruddin menjelaskan, PLBN harus dijadikan sebagai bagian dari pintu ekspor nasional, untuk membanjiri negara tetangga dengan produk dan komoditas hasil industri dalam negeri.

"Kita ingin kawasan PLBN tumbuh dan berkembang menjadi kawasan pusat ekonomi baru di perbatasan negara," jelas Hoiruddin.

Menurut dia, perlu diakukan upaya-upaya sinergis untuk menguatkan perekonomian yang menyejahterakan masyarakat kawasan perbatasan negara.

“Di antaranya keberhasilan yang telah ada saat ini, kita juga perlu peduli terhadap persoalan lainnya yang masih menjadi keprihatinan kita bersama, seperti belum meratanya suplai logistik kebutuhan hidup masyarakat perbatasan, minimnya lapangan  pekerjaan yang layak, serta belum meratanya layanan pendidikan dan kesehatan," tukasnya.

Baca Juga: Kabut Asap di Kalbar, BPBD Bagikan Masker untuk Pengguna Jalan

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya