SMK 3 Pontianak Hasilan Empat Motif Batik Khas Kalbar yang Dipatenkan

Pernah buat seragam hingga dibeli sampai pejabat pemerintah

Pontianak, IDN Times - Kegiatan membatik adalah sesuatu yang cukup jarang ditemui di wilayah Kalimantan Barat (Kalbar), namun ada satu sekolah yang menekuni kegiatan membatik hingga menghasilkan karya dan jadi  ladang bisnis.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Pontianak punya keahlian dalam membuat batik khas Kalbar. Awal mula kegiatan membatik ada di SMKN 3 Pontianak, berawal dari seseorang datang untuk melakukan penelitian.

“Di tahun 2012 awalnya ada pengrajin datang untuk penelitian selama 3 bulan. Setelah selesai, saya pikir kenapa kegiatan membatik ini tidak dilanjutkan, saya pikir ini berpotensi sampai akhirnya saya membangun komunitas membatik,” ungkap Pembina Ekstrakurikuler Batik di SMKN 3 Pontianak Wasilah Anim, Sabtu (18/11/2023).

1. Ada batik tulis, cetak, dan ikat celup

SMK 3 Pontianak Hasilan Empat Motif Batik Khas Kalbar yang DipatenkanSiswa SMKN 3 Pontianak sedang membuat batik cetak. (IDN Times/Teri).

Setelah itu, Wasilah bersama rekan sejawat yang juga guru di sana melanjutkan kegiatan membatik tersebut. Ternyata minat siswa di sana untuk membatik cukup tinggi.

“Awalnya kita buat komunitas, tapi sekarang ini sudah jadi ekskul namanya Wardah atau wadah kreativitas dari anak-anak andal, karena kalau membatik itu harus andal dan kreatif,” ungkap Wasilah.

Sejak 2012, sudah banyak produk batik yang dihasilkan mulai dari mukena, syal, taplak meja, kemeja, baju batik seragam, dan lain sebagainya. Di sekolah itu, mereka membuat batik tulis, cetak, dan ikat celup.

“Dari 2012 sudah banyak sekali ysng sudah dihasilkan dari setiap angkatan, mereka kita ajarkan setiap hari Jumat. Tapi waktu Covid sempat berkurang karena tidak boleh ada kerumunan ya,” sebutnya.

Baca Juga: Penyakit DBD Mengancam di Pontianak, Tembus 108 Kasus dan 1 Meninggal

2. Empat motif khas Kalbar jadi hak paten

SMK 3 Pontianak Hasilan Empat Motif Batik Khas Kalbar yang DipatenkanPembina Ekskul Batik di SMKN 3 Pontianak, Wasilah Anim. (IDN Times/Teri).

Wasilah mengatakan, dari batik cetak mereka ada membuat berbagai macam motif. Seperti halnya motif khas Kalbar, mereka membuat motif paku kapuas, kota amoy, corak insang, kantong semar, kaung, bunga berjejer, paku uban atau pakis, lidah buaya, pucuk rebung, dan berbagai macam motif dayak Kalbar.

“Kalau batik cetak kita buatkan cap, kalau batik tulis biasanya kita bebaskan anak-anak untuk menggali kreativitasnya,” ucap Wasilah.

Ada empat motif khas Kalbar yang dipatenkan, seperti motif kota amoy, lidah buaya, kantong semar, dan paku kapuas. Empat motif tersebut pun sudah terdaftar dan punya hak cipta.

3. Batiknya juga dipesan oleh pejabat pemerintah di Kalbar

SMK 3 Pontianak Hasilan Empat Motif Batik Khas Kalbar yang DipatenkanSiswa SMKN 3 Pontianak sedang membuat batik cetak. (IDN Times/Teri).

Karena keuletan dan kreativitasnya, batik dari SMKN 3 Pontianak juga sudah sering dipesan oleh sejumlah instansi di Pontianak, bahkan sejumlah pejabat pemerintah juga pernah pesan batik dari sekolah tersebut.

“Kita terima pesanan, pernah dari perusahaan, Wali Kota Pontianak Edi Kamtono, Pak Sutarmidji, dan banyak yang beli di stand. Lomba juga pernah dulu ikut, kalau ada pameran ekspo juga alhamdulillah kita diikutsertakan,” kata Wasilah.

Untuk saat ini, kata dia, batik tersebut belum diproduksi secara masal namun dalam ekskul ini siswa terus diajarkan dan mengasah kemampuan dalam membatik.

“Kalau produksi masal belum, tapi kalau ada permintaan kita bikinkan, kalau ada pameran kita buat untuk pameran. Kita pernah penuhi untuk baju seragam guru, kita bikin sama motifnya jadi baju seragam,” ungkapnya.

Mereka sering mengikuti stand-stand pada ekspo, mereka juga pernah ikut buka stand pada ekspo di Perbatasan Kalbar. Bahkan batik mereka, kata Wasilah, juga pernah dilelang sampai di angka Rp4 juta, batik tersebut dibeli oleh warga Sarawak Malaysia.

4. Dijual mulai harga Rp150 sampai Rp300 ribu

SMK 3 Pontianak Hasilan Empat Motif Batik Khas Kalbar yang DipatenkanSeorang siswa sedang membuat batik tulis. (IDN Times/Teri).

Wasilah menyebutkan, untuk batik ikat celup dibanderol Rp150 ribu, batik cap Rp250 ribu, dan batik tulis Rp300 ribu. Biasanya batik tersebut diproduksi dalam waktu 3 sampai 7 hari, tergantung dari tingkat kesulitannya.

Selain dari ekspo, mereka juga menjual produknya lewat media sosial, baik itu Instagram ataupun Facebook. Sementara itu, untuk pembiayaan sendiri, seluruh alat membatik dibiayai oleh sekolah.

“Pembiayaan dari sekolah, waktu itu ada dari luar Disperindag kita dapat bantuan berupa alat-alat. Dan uang yang didapat dari menjual batik ini juga disalurkan ke sekolah untuk membeli sejumlah perlengkapan batik,” paparnya.

Wasilah juga mengatakan, sudah ada sejumlah alumni yang meneruskan usaha membatik ini. Dia juga berharap agar ilmu membatik yang didapat di sekolah ini dapat menjadi bekal saat selesai sekolah.

“Kemarin siswa jurusan pemasaran, dan ada satu lagi dia kuliah di Fakultas Ekonomia dia dapat bantuan alat, sayangnya ketika mereka jadi alumni kita tidak bisa pantau mereka lebih jauh, tapi yang ibu tahu dua orang itu ada yang melanjutkan kegiatan ini,” tukasnya.

Baca Juga: Imigrasi Pontianak Imbau Pemohon Manfaatkan Aplikasi M-Paspor

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya