Tiga ABG Dipaksa Bekerja sebagai PSK di Malaysia

Mereka dipekerjakan di panti pijit tanpa dibayar bos

Pontianak, IDN Times - Diiming-imingi bekerja di sebuah rumah makan di Malaysia, tiga anak di bawah umur dan satu wanita dewasa asal Makassar di Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

Empat korban tersebut berasal dari Makassar, di antaranya berusia 15, 16, dan 30 tahun. Bukannya bekerja di rumah makan, mereka malah dipaksa bekerja di panti pijat dan dipaksa jadi pekerja seks komersial (PSK) melayani nafsu pria hidung belang.

Kepala Balai Pelayanan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Pontianak Fadzar Allimin mengaku, memperoleh informasi dari Konsultan Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Kuching tentang pemulangan paksa (deportasi) terhadap empat orang PMI non prosedural.

“Tiga orang anak perempuan berusia 15 dan 16 tahun, serta seorang perempuan dewasa berusia 30 tahun asal Makassar menjadi korban perdagangan manusia,” ungkap Fadzar, Minggu (12/11/2022).

1. Diiming-imingi kerja di rumah makan dengan gaji 2.000 ringgit atau Rp6,7 juta

Tiga ABG Dipaksa Bekerja sebagai PSK di MalaysiaSalah satu korban di bawah umur berasal dari Makasar. (IDN Times/Teri).

Salah satu korban berinisial MT (15 tahun) menceritakan, awalnya mereka diberi tawaran oleh seorang wanita dari sosial media Facebook untuk bekerja di Malaysia.

Mereka ditawari untuk bekerja di sebuah rumah makan dengan gaji 2.000 ringgit atau sekitar Rp6,7 juta per bulannya. Walaupun tak memiliki paspor, mereka diberangkatkan melalui jalur tikus yang ada di wilayah Kalimantan Barat (Kalbar).

Namun sampai di Malaysia, keempat korban tersebut malah dipekerjakan di sebuah panti pijat sebagai PSK dan dipaksa untuk melayani nafsu pria hidung belang.

Sebelumnya, Fadzar menuturkan, dari informasi KJRI di Kuching pihaknya kemudian memfasilitasi pemulangan keempatnya dari Pos Lintas Natas Negata (PLBN) Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar.

“Saat proses pemulangan dari perbatasan mereka kami data. Terungkap jika tiga orang di antaranya masih di bawah umur. Mereka berasal dari Makassar dan Gowa Sulawesi Selatan,” ucap Fadzar.

Baca Juga: Imigrasi Pontianak Imbau Pemohon Manfaatkan Aplikasi M-Paspor

2. Jika tak mau melayani tamu, mereka disekap dan tak diberi makan

Tiga ABG Dipaksa Bekerja sebagai PSK di MalaysiaBP3MI Pontianak dan empat korban TPPO asal Makasar, di shelter BP3MI Pontianak. (IDN Times/Teri).

Fadzar menuturkan, dari pengakuan anak-anak tersebut mereka dipekerjakan di tempat pijit plus-plus sebagai pekerja seks komersial. “Anak-anak ini korban tindak pidana perdagangan orang. Kami sudah berkoordinasi dengan kepolisian untuk mendalami pelaku perdagangan orang,” ungkap Fadzar.

Dari cerita korban, MT mengatakan sebelumnya mereka sempat menolak untuk melayani para tamu, namun mereka malah disekap dan tidak diberi makan. Mereka juga sering mendapat perlakuan kasar dari para tamu.

“Pernah menolak akhirnya kami disekap dua hari dan tidak diberi makan. Sering juga dapat perlakuan kasar dari customer, kami harus melayani tamu mabuk, kami dipukul dan dijambak,” kata MT.

Dalam sehari, mereka harus melayani sejumlah tamu. MT bilang mereka dan teman-temannya terpaksa harus melayani 5 sampai 7 tamu dalam sehari. “Mulai kerjanya jam 12 siang, tapi tergantung permintaan customer-nya. Sehari kadang harus melayani 5 sampai 7 tamu,” ucap MT.

3. Layani sampai 7 tamu dalam sehari, korban tak pernah digaji

Tiga ABG Dipaksa Bekerja sebagai PSK di MalaysiaKorban TPPO sudah dua bulan bekerja di panti pijat Malaysia. (IDN Times/Teri).

Korban masuk ke panti pijat tersebut sejak dua bulan lalu, dari awal masuk mereka mengaku tak pernah diberi gaji. Uang dari customer langsung diberikan kepada agen atau bos di sana.

“Kami selama di sana dua bulan gak pernah diberikan gaji. Hanya diberi makan saja, itu kalau mau melayani tamu kalau gak mau kita gak dikasih makan,” ucap MT sambil menangis.

Bahkan kata agen mereka, MT bilang mereka malah memiliki utang yang harus dibayarkan kepada agen yakni uang akomodasi pesawat, dan biaya transportasi lainnya untuk sampai ke Malaysia.

Dari keempat korban, dua anak di bawah umur itu mengaku mereka melarikan diri dari rumah untuk pergi bekerja di Malaysia. Alasannya tak muluk-muluk, mereka ingin membantu kehidupan perekonomian orangtuanya.

“Orangtua tidak tahu karena pergi diam-diam, sempat dicari juga. Awalnya saya mau kerja karena mau cari uang sendiri, bantu-bantu keluarga kalau minta izin pasti tidak diizinkan,” sebut MT.

4. BP2MI Pontianak bantu kepulangan korban ke Makassar

Tiga ABG Dipaksa Bekerja sebagai PSK di MalaysiaKepala Balai Pelayanan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Pontianak, Fadzar Allimin. (IDN Times/Teri).

Karena tidak mampu menjalani pekerjaan itu, korban diam-diam menghubungi polisi Malaysia. Dia meminta tolong untuk diselamatkan dari panti pijat tersebut. Hingga akhirnya polisi datang mengepung tempatnya bekerja, dan menyelamatkan MT dan ketiga teman-temannya.

“Setelah menghubungi polisi, kami masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu. Sementara pemilik usaha beserta 20 orang pekerja lainnya melarikan diri,” ucap MT.

Fadzar menyatakan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan BP3MI di Makassar untuk menelusuri dan mendalami pelaku yang memberangkatkan anak-anak tersebut ke Pontianak hingga Malaysia. “Kami masih terus menelusuri pelaku perdagangan orang ini bersama pihak kepolisian,” jelasnya.

Fadzar mengungkapkan, ketiga anak-anak dan seorang wanita dewasa tersebut rencananya akan dipulangkan ke daerah asalnya, pada Minggu 12 November 2023.

Baca Juga: Viral Video Perundungan Siswa di Pontianak, KPAD Pastikan Sudah Damai

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya