Balikpapan, IDN Times - Eksistensi seni grafiti dan mural kini kembali menyita perhatian publik, setelah beberapa waktu lalu seni ini dipersoalkan karena dilayangkan dalam bentuk kritik sosial terhadap orang nomor satu di Indonesia.
Padahal seperti yang diketahui, grafiti atau mural sebagai media penyampaian ekspresi sudah ada sejak masa penjajahan. Namun, baru kali ini sarana aspirasi itu menjadi sasaran penghapusan oleh aparat. Alasan cukup lucu, karena dirasa kurang tepat.
Masyarakat jelas heran. Justru mereka menganggap penghapusan mural tersebut sebagai satu tindakan yang cukup disayangkan. Apalagi niatnya, mural itu dibuat sebagai salah satu cara untuk berkomunikasi.
"Menyayangkan. Komunikasi lewat mural adalah hal yang boleh saja dilakukan, terlebih di masa modern seperti saat ini," ujar Dimas (25), salah satu pegiat seni grafiti di Balikpapan, saat diwawancarai oleh IDN Times kemarin, Kamis (2/9/2021).