Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Evakuasi korban banjir Balikpapan oleh tim SAR gabungan, Jumat (7/3/2025). (Dok. Satbrimob Polda Kaltim)
Evakuasi korban banjir Balikpapan oleh tim SAR gabungan, Jumat (7/3/2025). (Dok. Satbrimob Polda Kaltim)

Balikpapan, IDN Times – Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Balikpapan menetapkan dua daerah aliran sungai (DAS) sebagai prioritas utama penanganan banjir, yakni DAS Klandasan Besar dan DAS Klandasan Kecil.

Kepala Bidang Sumber Daya Air dan Drainase DPU Balikpapan, Jen Supriyanto, menyebut DAS Klandasan Besar atau Sungai Ampal menjadi jalur dengan beban air paling tinggi saat musim hujan. Aliran besar dari kawasan hulu di utara membuat wilayah Damai, khususnya Gang Mufakat, kerap dilanda genangan.

“Efek banjir paling besar memang di jalur itu. Beban air dari hulu sangat besar saat hujan turun,” kata Jen diberitakan Antara di Balikpapan, Selasa (18/11/2025).

1. Pembangunan jaringan drainase

Persoalan bencana banjir di Kota Balikpapan Kalimantan Timur, Sabtu (8/3/2025). (IDN Times/Hilmansyah)

Sementara itu, kondisi DAS Klandasan Kecil dinilai lebih terkendali setelah sejumlah jaringan drainase diperbesar dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan dimensi saluran terbukti mampu menambah kapasitas alir sehingga genangan berkurang signifikan.

“Untuk DAS kecil, salurannya sudah jauh lebih baik. Dimensinya besar dan sebagian besar sudah berfungsi. Tinggal beberapa bagian yang perlu dirapikan,” ujarnya.

Meski demikian, masih ada pekerjaan besar yang harus diselesaikan pemerintah, terutama di jalur Jalan Pangeran Antasari, titik pertemuan dengan Jalan Jenderal Achmad Yani, dan kawasan Tugu Adipura Gunung Kawi. Kawasan tersebut dinilai membutuhkan pembangunan box culvert berukuran besar sebagai solusi jangka panjang untuk mengurangi genangan.

2. Pelaksanaan proyek penanganan banjir

Persoalan bencana banjir di Kota Balikpapan Kalimantan Timur, Sabtu (8/3/2025). (IDN Times/Hilmansyah)

Namun proyek tersebut belum bisa dieksekusi, meski desainnya sudah rampung. Jen menjelaskan bahwa padatnya utilitas bawah tanah—mulai dari pipa PDAM, kabel listrik, hingga jaringan fiber optik—menjadi tantangan utama. Selain itu, sejumlah persoalan sosial juga harus diselesaikan sebelum konstruksi dimulai.

“Desainnya sudah siap, tapi utilitas di sana sangat banyak. Ada pula persoalan sosial. Pekerjaan sebesar itu tidak bisa langsung dieksekusi,” jelasnya.

3. Penanganan banjir secara berkelanjutan

Mobil warga Balikpapan Tengah yang masuk ke dalam saluran air setelah sebelumnya terseret banjir hingga 100 meter. (Dok. Istimewa)

Jen menegaskan penanganan banjir tidak bisa dilakukan secara instan karena kompleksitas sistem drainase Balikpapan serta kondisi topografi yang beragam. Dengan keterbatasan anggaran, DPU harus menetapkan skala prioritas pada lokasi dengan risiko banjir tertinggi.

“Yang utama tetap pada lokasi dengan risiko tinggi. Semua dilakukan bertahap,” tegasnya.

Ia memastikan pemetaan pada kedua DAS tengah dilakukan dan akan menjadi dasar penentuan langkah teknis serta alokasi anggaran ke depan. Harapannya, intervensi yang terencana dan bertahap dapat menekan dampak banjir sekaligus meningkatkan ketahanan kota menghadapi cuaca ekstrem.

Editorial Team