Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Siswa berangkat sekolah terpaksa dengan sampan karena akses jalan lumpuh. (IDN Times/istimewa).

Pontianak, IDN Times - Warga dan pelajar di Sungai Kulan, Dusun Gupung, Desa Sepiluk, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, terpaksa beraktivitas menggunakan sampan dan speedboat setelah banjir memutus akses jalan paralel perbatasan.

Hampir sepekan terakhir, jalan utama di Senaning tidak dapat dilalui akibat genangan air yang mencapai 500 meter, menyebabkan lumpuhnya aktivitas warga. Kondisi ini dipicu oleh rendahnya permukaan jalan yang belum mendapat peningkatan.

1. Siswa terpaksa berangkat sekolah pakai sampan

Jalan paralel lumpuh karena banjir, siswa sekolah dengan sampan. (IDN Times/istimewa).

Kepala Desa Sepiluk, Dance, menjelaskan bahwa intensitas hujan yang tinggi di wilayah tersebut telah menyebabkan banjir yang memutus akses jalan paralel perbatasan RI-Malaysia. Akibatnya, siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus menggunakan sampan untuk menyeberangi banjir demi mencapai sekolah.

“Sudah lima hari banjir melanda, anak-anak sekolah kesulitan karena harus menunggu sampan dari Sepiluk. Akses dari Lupung ke Sepiluk terputus, hanya sampan dan speedboat yang bisa melewati jalan ini,” ujar Dance, Senin (2/9/2024).

2. Kendaraan roda dua dan roda empat tak dapat melintas

Kendaraan sulit melintas di jalan tersebut. (IDN Times/istimewa).

Kendaraan roda dua dan roda empat tidak dapat melintasi jalan yang tergenang air ini. Dance menambahkan, penimbunan setengah meter pada badan jalan mungkin bisa memungkinkan kendaraan untuk melintas, namun hingga kini belum ada tindakan.

“Putusnya jalan ini berdampak pada lima desa di hulu yang sangat bergantung pada jalur ini sebagai akses vital. Perekonomian daerah ini lumpuh, dan sekitar 50 siswa dari SD dan SMP terpaksa berjuang melintasi banjir setiap hari,” tambahnya.

3. Lumpuhkan perekonomian

Banjir di Sintang lumpuhkan jalan paralel. (IDN Times/istimewa).

Dampak yang ditimbulkan bukan hanya pada satu desa saja tetapi 5 desa di hulu, mengingat titik ruas jalan tersebut merupakan akses vital. Menurut Dance putusnya jalan pararel ini membuat perekonomian daerah tersebut lumpuh.

“Anak sekolah yang melewati jalur ini sekitar 50 siswa baik SD maupun SMP sehingga darurat di saat musim banjir ini,” imbuhnya.

Atas kondisi tersebut, Dance berharap kepada pemerintah setempat untuk segera meningkatkan badan jalan di titik yang rendah.

Editorial Team