Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Evakuasi korban banjir Samarinda oleh Relawan Banda Balikpapan. (Dok. Pribadi Andreanus Pamuji)
Evakuasi korban banjir Samarinda oleh Relawan Banda Balikpapan. (Dok. Pribadi Andreanus Pamuji)

Samarinda, IDN Times – Pakar perencanaan wilayah dan kota Universitas Mulawarman, Warsilan, memaparkan sejumlah solusi teknis dan non-teknis untuk menanggulangi banjir yang kerap melanda Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

“Kalau berbicara penanganan banjir, kita harus memahami karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) terlebih dahulu,” ujar Warsilan diberitakan Antara di Samarinda, Sabtu (1/11/2025).

1. Penanganan secara sismatatis banjir di Samarinda

Perabotan rumah tangga tak ketinggalan diungsikan agar tak rusak setelah banjir Samarinda mereda. (IDN Times/Istimewa)

Warsilan menilai persoalan banjir di Samarinda tidak bisa diselesaikan hanya di tingkat kota. Ia menekankan pentingnya sinkronisasi program antara Pemerintah Provinsi Kaltim dan Pemerintah Kota Samarinda yang hingga kini masih berbeda arah.

Menurutnya, Gubernur Kaltim lebih memprioritaskan revitalisasi DAS Makam untuk kepentingan transportasi regional dan pengerukan muara, sementara Wali Kota Samarinda fokus pada penanganan banjir di wilayah perkotaan.

Salah satu solusi teknis yang bisa diterapkan, kata Warsilan, adalah pembangunan embung atau waduk penampung sementara untuk menahan aliran air dari hulu agar tidak langsung mengalir ke kawasan padat penduduk.

“Penanganan di wilayah hulu sangat penting karena di sana masih ada aktivitas tambang yang memengaruhi kualitas air dan sedimentasi sungai,” jelasnya.

2. Arti penting DAS Karangmumus

Wali Kota Samarinda, Andi Harun, meninjau langsung pembongkaran bangunan di atas bantaran Sungai Karang Mumus (SKM) di Jalan AM Sangaji, Kelurahan Bandara, Kamis (14/8/2025). Foto istimewa

Warsilan menjelaskan, Samarinda sangat dipengaruhi oleh DAS Karangmumus, yang merupakan bagian dari sub-DAS Makam, serta oleh DAS Karangasem dan sejumlah sungai kecil lainnya. Selain faktor hidrologi, topografi Samarinda yang datar dan berada di titik nol atau hampir sejajar dengan permukaan laut juga menjadi tantangan tersendiri.

“Ketika hujan deras terjadi bersamaan dengan pasang laut, genangan air sulit dihindari. Air baru bisa keluar setelah pasang surut, sehingga banjir bisa bertahan berjam-jam bahkan berhari-hari,” ujarnya.

Kondisi ini berbeda dengan Balikpapan, yang memiliki kemiringan lebih tinggi sehingga air lebih cepat mengalir ke laut.

3. Perkara serius perlu ditangani serius

Prajurit TNI bersama warga menjaring sampah yang berada di aliran muara Sungai Karang Mumus di Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (31/5/2025). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/agr

Selain itu, sedimentasi di muara sungai juga menjadi persoalan serius yang perlu ditangani rutin setiap tahun agar tidak menghambat aliran air dan aktivitas kapal besar.

Warsilan menambahkan, aliran air dari daerah Makam Hulu, Long Pange, bahkan sebagian wilayah Kalimantan Utara juga memengaruhi volume air Sungai Makam yang melintasi Samarinda.

“Jadi, penyebab banjir di Samarinda bukan hanya karena hujan. Tapi juga akibat kombinasi pasang surut air laut, kondisi topografi datar, sedimentasi muara, serta lemahnya sinkronisasi antara pemerintah kota dan provinsi,” tegas Warsilan.

Editorial Team