ilustrasi siswa SD mengenakan masker (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)
Kata Leni, sapaan karibnya, sejak wabah corona melanda Samarinda sudah jadi kewajiban untuk meliburkan semua siswa dan belajar dari rumah. Walau demikian, sepanjang tujuh bulan terakhir dampaknya memang terasa. Pekerjaannya sebagai orangtua bertambah, sementara anak susah konsentrasi saat belajar online.
“Paling kentara saat diberikan tugas, selalu menunda,” tuturnya.
Dirinya pun paham benar dengan kondisi anaknya tersebut. Sebab sebagian anak usia sekolah dasar memang lebih banyak berinteraksi dengan rekan-rekannya secara langsung. Dan selama berbulan-bulan itu tak dilakukan. Hanya lewat gawai saja. Kondisi virus corona memang tak bisa dibendung. Itu sebab saat Disdik Samarinda hendak memberikan ruang bagi sekolah tatap muka tentu dirinya turut senang dan bersyukur.
“Kami sudah mempersiapkan semuanya. Mulai dari masker, face shield, hand sanitizer dan sarung tangan. Semuanya agar anak terhindar dari corona,” tegasnya.