Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pengusaha asal Kalimantan Selatan, Andi Syamsudin Arsyad atau Haji Isam saat menerima Bintang Mahaputera Utama.
Pengusaha asal Kalimantan Selatan, Andi Syamsudin Arsyad atau Haji Isam saat menerima Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Prabowo Subianto. (Dok. Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)

Balikpapan, IDN Times – Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan Bintang Mahaputera Utama kepada pengusaha asal Kalimantan Selatan, Andi Syamsudin Arsyad atau Haji Isam.

Penghargaan yang biasanya diberikan kepada pejabat tinggi negara atau tokoh nasional ini memicu tanda tanya, terutama soal dasar pemberiannya.

Menurut pengamat politik Universitas Islam Kalimantan (UIK), Dr. Muhammad Uhaib As’ad, M.Si, penghargaan tersebut justru menimbulkan kontroversi karena menyinggung relasi antara oligarki bisnis dan kekuasaan.

1. Gurita Bisnis Haji Isam dinilai timbulkan banyak soal

Pengusaha asal Kalimantan Selatan, Andi Syamsudin Arsyad atau Haji Isam saat menerima Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Prabowo Subianto. (Dok. Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)

Haji Isam dikenal sebagai pengusaha tambang, sawit, transportasi, hingga energi. Jaringannya bahkan disebut masuk dalam kelompok oligarki baru yang dijuluki “Sembilan Haji”, bersaing dengan oligarki lama “Sembilan Naga”.

Namun, kontribusinya bagi masyarakat lokal dinilai minim. Uhaib menyebut masih banyak persoalan sosial seperti penggusuran, kriminalisasi, dan kerusakan lingkungan yang muncul dari aktivitas gurita bisnis tersebut.

2. Pertanyakan kontribusi nyata untuk bangsa

Pengusaha asal Kalimantan Selatan, Andi Syamsudin Arsyad atau Haji Isam saat menerima Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Prabowo Subianto. (Dok. Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden)

Meski Presiden menyebut Haji Isam berjasa membuka lapangan kerja di sektor tambang, transportasi, dan infrastruktur, pengamat menilai belum ada bukti konkret kontribusi berskala nasional.

“Bisnis tambang batu bara kerap menjadi instrumen persekongkolan politik-bisnis, terutama dalam kontestasi elektoral di daerah,” ujar Uhaib.

3. Makna simbolik Bintang Mahaputera dinilai tereduksi

Haji Isam Ikut Temani Presiden Prabowo Subianto Saat Tinjau Lumbung Pangan di Merauke (Istimewa)

Pemberian penghargaan negara kepada Haji Isam dinilai mereduksi makna simbolik Bintang Mahaputera. Menurut Uhaib, penghargaan itu seolah lebih dipengaruhi oleh kedekatan patronase dengan penguasa ketimbang prestasi nyata.

“Yang muncul justru manipulasi simbolik, penghargaan karena kedekatan, bukan karena kapasitas,” tambahnya.

4. Dari sopir truk ke konglomerat tambang

Pengusaha Andi Syamsuddin Arsyad (Haji Isam) (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Haji Isam berasal dari Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Ia pernah menjadi sopir truk kayu dan tukang ojek, lalu mendirikan CV Jhonlin Baratama pada 2003. Perusahaan itu berkembang menjadi Jhonlin Group, dengan bisnis merambah tambang, perkebunan, transportasi laut dan udara, hingga energi terbarukan.

Selain Haji Isam, Presiden Prabowo juga memberi penghargaan Bintang Mahaputera Pratama kepada mendiang Abdussamad Sulaiman HB atau H Leman.

Editorial Team