Balikpapan, IDN Times – Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai penurunan angka kemiskinan di Indonesia dan Kalimantan Timur menuai kritik tajam dari kalangan akademisi. Ekonom Universitas Mulawarman, Samarinda, Purwadi Purwoharsojo, menilai bahwa indikator dan metodologi yang digunakan BPS dalam mengukur kemiskinan sudah tidak relevan dan jauh dari kondisi riil di lapangan.
Menurut data BPS, jumlah penduduk miskin di Kaltim per Maret 2025 tercatat sebanyak 199,71 ribu jiwa, turun sekitar 12,2 ribu jiwa dibandingkan September 2024. Secara persentase, angka kemiskinan turun menjadi 5,17 persen dari sebelumnya 5,51 persen. Namun, Purwadi menilai klaim ini menyesatkan.
Adapun Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2025 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan di Indonesia tercatat sebesar 8,47 persen, lebih rendah dari 8,57 persen pada September 2024. Jumlah penduduk miskin juga berkurang menjadi 23,85 juta orang.
“Indikator yang digunakan itu metode usang. Tidak sesuai dengan kenyataan sekarang,” kata Purwadi dihubungi dari Balikpapan, Selasa (29/7/2025).