Bukit Soeharto Jadi Ibu Kota, Ubah Pola Industri Sumber Daya Alam

Balikpapan, IDN Times - Wacana yang bergulir tentang pemindahan ibu kota negara ke luar Jawa membawa beberapa peluang sekaligus tantangan secara ekonomi di lokasi ibu kota yang baru.
Kalimantan Timur menjadi salah satu provinsi yang berpotensi terpiih menjadi ibu kota negara yang baru tepatnya di Tahura Bukit Soeharto.
Jika benar Kalimantan Timur dipilih menjadi ibu kota, menurut Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman Samarinda, Dr. Aji Sofyan Effendi, SE, M.Si,CRMP, "Pemerintah Kaltim harus bisa mengubah atau men-challenge APBD tidak ditunjang oleh sektor Sumber Daya Alam (SDA) terutama sektor minyak dan gas bumi dan pertambangan baru bara, tapi harus bisa di-challenge dengan sektor produktif lainnya dalam bentuk industri hilir," katanya.
1. Kaltim sebagai wilayah kaya migas dan batubara tapi Pendapatan Asli Daerah kabupaten/kota sangat minim.
Selama ini Kaltim dikenal sebagai wilayah yang kaya sumber daya alam terutama dari dua sektor yaitu sektor migas serta pertambangan dan penggalian secara umum, termasuk didalamnya yaitu batu bara.
Aji Sofyan menjelaskan, "Memang di dalam komposisi keuangan daerah dua leading sectors ini memberikan kontribusi yang besar. Dana perimbangan pusat ke daerah di APBD Kaltim itu mencapai hampir 52% dari seluruh penerimaan APBD di Kaltim. Artinya sekitar 40 persen APBD di back up oleh pendapatan Asli daerah, 60% masih di back up oleh APBN, "katanya.
Namun menurut Aji Sofyan hal ini ternyata berbanding terbalik dengan komposisi APBD di kabupaten/ kota di Kaltim yang memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya sekitar 10 persen sementara 90 persen sisanya "diinfus" oleh APBN, termasuk Balikpapan dan Samarinda. Fakta beberapa puluh tahun terakhir ketergantungan kabupaten/ kota di Kaltim sangat tinggi terhadap dana perimbangan.