Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bupati PPU
Bupati PPU Mudyat Noor (IDN Times/Ervan)

Intinya sih...

  • Soroti ketimpangan pembangunan antara daerah di Pulau Jawa dengan Kalimantan

  • APBD PPU hanya tersisa Rp1,3 triliun saja

  • Sektor perikanan di PPU memprihatinkan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Penajam, IDN Times - Bupati Penajam Paser Utara (PPU), Mudyat Noormenyampaikan protes dan mengeluh terkait kebijakan transfer ke daerah (TKD). Ia juga menyoroti soal sistem pembagian dana bagi hasil (DBH) ke daerah di Kalimantan Timur (Kaltim), termasuk ke PPU sendiri.

Hal itu disampaikan usai menghadiri kunjungan kerja Panitia Kerja (Panja) Peningkatan Pendapatan Negara (PPN) Komisi XII DPR RI di Kaltim, berlangsung di Balikpapan, Rabu (26/11/2025) kemarin.  

“Kami berharap DBH dapat kembali diberikan secara proporsional kepada daerah penghasil, termasuk Kaltim,” pintanya, Kamis (27/11/2025).

1. Soroti ketimpangan pembangunan antara Jawa dengan Kalimantan

Ilustrasi Gedung DPR RI (IDN Times/Kevin Handoko)

Selain itu, bupati juga menyoroti ketimpangan pembangunan antara daerah di Pulau Jawa dengan wilayah Kaltim, termasuk Kabupaten PPU. Menurutnya, kondisi infrastruktur di Kaltim sangat tidak sebanding dengan kontribusinya terhadap keuangan negara.

“Kalau kita lihat pembangunan jalan di Jawa itu bertingkat-tingkat. Di Kaltim jangankan bertingkat, menyambung jalan saja susah,” sebut Mudyat.

2. APBD PPU hanya tersisa Rp1,3 triliun

ilustrasi APBD (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurutnya, situasi tersebut tidak adil, mengingat Kaltim merupakan salah satu provinsi penyumbang terbesar bagi pendapatan negara, melalui sektor sumber daya alam. Selain itu, Kabupaten PPU kini juga menjadi daerah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN) justru mengalami penurunan kemampuan pembiayaan daerah.

“APBD kami tahun lalu masih di angka Rp2,7 triliun, namun tahun ini hanya tersisa Rp1,3 triliun. Tentu kondisi ini sangat memukul daerah,” tegasnya.

Oleh karena itu, ia berharap kunjungan Komisi XII DPR RI ke Kaltim itu dapat menjadi jembatan aspirasi daerah, khususnya terkait kebijakan TKD dan sistem pembagian DBH. Ia optimistis aspirasi daerah akan mendapatkan perhatian lebih.

3. Sektor perikanan di PPU dinilai memprihatinkan

Ilustrasi nelayan di sebuah pesisir pantai (pexels.com/BLACKTATOR)

Selain DBH, Mudyat juga meminta agar pemerintah pusat mempertimbangkan pemberian dana infrastruktur berbasis kompensasi lingkungan, mengingat eksploitasi sumber daya alam di Kaltim memberikan dampak ekologis yang besar.

“Selain soal infrastruktur dan fiskal daerah, kini kondisi sektor perikanan di PPU masih memprihatinkan. Padahal, potensi sektor tersebut dinilai sangat besar. Dimana potensi nelayan di PPU luar biasa, tetapi kondisinya masih jauh dari layak dengan harga yang sangat murah.

Pemerintah pusat, lanjutnya, seyogyanya ikut memberi perhatian pada program yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan, termasuk pembangunan fasilitas pendukung seperti pelabuhan perikanan, cold storage, hingga sistem pemasaran hasil laut.

“Kami tidak meminta banyak, hanya ingin keadilan. Karena Kaltim termasuk Kabupaten PPU sudah memberi banyak kepada negara,” pungkas bupati.

Editorial Team