Penumpang di Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan (Dok. Angkasa Pura I Balikpapan)
Realisasi targetnya tidak mudah mengingat lesunya kondisi perekonomian Kaltim saat ini. Bandara Sepinggan mengalami penurunan penumpang sebesar 11 persen pada kuartal pertama tahun 2015 ini.
Meski begitu, pemasukan masih berkisar Rp92 miliar pada tahun 2014. Saat itu, total penumpang masih mencapai 8 juta jiwa per tahun. Total penumpang ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 7,6 juta jiwa.
Saat itu, Asrul menyebutkan, renovasi Bandara Sepinggan menelan biaya pinjaman sebesar Rp2,2 triliun. Setiap tahunnya setidaknya dibutuhkan alokasi dana angsuran pinjaman yang totalnya mencapai Rp250 miliar hingga Rp300 miliar.
“Hutang jadi tanggungan korporasi PT Angkasa Pura. Sehingga korporasi menggunakan bandara andalan seperti Bandara Juanda Surabaya, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Bandara Ngurah Rai Bali dan Bandara Sepinggan Balikpapan,” tuturnya.
Penurunan penumpang disebabkan tidak stabilnya kondisi ekonomi di Kaltim. Harga komoditas batu bara dan minyak gas merosot dari pasaran dunia.
Okupasi bangunan empat lantai ini hanya 59 persen dari total area yang dipersiapkan untuk konsep mal airport. Tenan di area bandara satu per satu tutup di saat mereka terus merugi.
Puncaknya di masa pandemik COVID-19 ini di mana jumlah penumpang Bandara Sepinggan hanya berada di kisaran 3,2 juta jiwa per tahun.
Meskipun begitu, Bandara Sepinggan tetap jadi kebanggaan warga Balikpapan dengan masuk peringkat 6 terbaik penilaian Airport Council International (ACI) kategori airport melayani penumpang maksimal 15 juta jiwa.
Bandara ini menargetkan mampu membuat terobosan agar masuk peringkat 3 terbaik dunia.