Selama latihan Cie ke-4. Infanteri XIV Pasukan KNIL di Samarinda (O-Borneo) pada 12 Juli 1949, S.M. Lafeber memberikan beberapa instruksi (geheugenvannederland.nl/Dienst voor Legercontacten)
Kisah yang diceritakan Sarip ini adalah salah satu pertempuran penting di Samarinda. Sementara Sarip pada bukunya Samarinda Tempo Doloe (2017), juga mencatat mengenai perjuangan lain para prajurit mempertahankan kemerdekaan dari serbuan penjajah di Samarinda. Setidaknya ada empat pertempuran monumental terjadi di Kota Tepian.
Demi mengenang para pejuang dengan gagah berani mempertahankan kemerdekaan dari para penjajah, Pemkot Samarinda pada 10 November 1991 meresmikan empat tugu palagan di empat lokasi berbeda, yakni di Jalan Sultan Sulaiman, dekat Kantor Kecamatan Sambutan, Jalan Damanhuri II, Jalan RE Martadinata, dekat Taman Lampion Garden dan Jalan Pangeran Suryanata, di seberang Masjid Asy Syuhada. Tugu itu pula yang menjadi penanda ada pertempuran di wilayah tersebut.
Terkait tugu ini, “Sebagian besar keberadaan juga tak terawat, bahkan posisinya berada di tanah yang dikuasai perusahaan swasta,” bebernya.
Mengenai tiga pertempuran lainnya, Sarip menjelaskan, sebulan sebelum perang di Kampung Pinang, sejarah mencatat, ada adu senjata lain di Samarinda. Misal, pertempuran di Kampung Sambutan pada 6 Januari 1947.
Ketika itu pasukan Herman berusaha bersembunyi dari kejaran pasukan Belanda dan membangun markas di kawasan tersebut. Tapi usaha itu sia-sia, oleh mata-mata NICA lokasi berlindung diketahui. Inilah pertempuran pertama di Samarinda antara pejuang melawan penjajah.
“Konflik senjata itu makan korban, seorang patriot bernama Tarmidzi gugur dalam pertempuran,” cerita dia.