Kalau bicara mobil klasik tentu kurang sah bila tidak menyinggung komunitas di Bandung Jawa Barat (Jabar). Kota Kembang bukan hanya jadi barometer fashion, tapi juga disebut cikal bakal komunitas mobil klasik di Indonesia.
Seperti contohnya pencinta mobil tua Bandung, Muktiyarto.
Pria kelahiran Palembang, 10 Desember 1976 ini sudah lama bergelut dengan kendaraan tua dan antik. Bahkan, sejak masih duduk di bangku SMA, dirinya sudah bermimpi ingin memiliki mobil klasik.
Impian yang menjadi kenyataan itu kini sudah terwujud dengan enam kendaraan tua di garasi rumahnya. "Sabar" adalah kata utama untuk bisa mewujudkan impian tersebut.
"Mobil klasik pertama saya Chevrolet tipe C10 tahun 1968. Sasisnya punya Toyota sedan Crown. Jadi dari lima mobil jadi satu mobil. Bagi saya seninya di situ," ujar pria yang akrab dengan panggilan Anto saat ditemui IDN Times di tempat work shop di Ciwastra, Bandung, Kamis (2/4/2021).
Menurut Anto, sapaan akrabnya, berburu kendaraan antik di Kota Bandung bisa disebut susah-susah gampang. Pada 1994 hingga 2005, banyak kendaraan antik yang berkeliaran di Kota Bandung. Apalagi, saat dirinya kuliah di salah satu kampus swasta, di mana ada beberapa mahasiswa yang sudah mengendarai 'Impala' dan beberapa produk kendaraan asal Amerika.
Memiliki kendaraan antik pertama kali bisa terwujud pada 2005 di mana pada saat itu harga mobil Amerika di Indonesia terutama di Kota Bandung ada di kisaran Rp10-20 juta.
"Dari 2005 itu kemudian saya mengoleksi beberapa mobil klasik lainnya dan sampai akhirnya saya sekarang ada enam mobil, Chevrolet itu ada empat, Renault 5TR, dan Simca," ungkapnya.
Berburu kendaraan antik dengan harga yang selangit tentu perlu mendapatkan dukungan dari semua orang sekitar. Apalagi di saat telah menikah, keuangan untuk hobi dan 'dapur' tentunya tidak bisa disatukan. Karena itu, mengoleksi mobil jadul ini harus mendapatkan dukungan dari istri dan mertua.
Anton mengaku semua koleksi mobilnya sudah berdasarkan izin dari istri dan anggota keluarganya. Beruntungnya, mertua Anton pun penyuka mobil tua.
"Saya didukung istri dan menyesuaikan saja. Jadi jangan mengganggu uang dapur. Kebetulan didukung dan orang tua suka juga," jelasnya.
Dari kegemarannya itu, pada 2014 Anto akhirnya bergabung dengan Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) Jawa Barat. Klub yang didirikan oleh mantan Gubernur Jawa Barat Solihin GP itu masih eksis hingga saat ini. Melalui komunitas ini, Anton mengaku banyak mendapatkan jaringan dan informasi tentang mobil klasik.
Dalam komunitas tidak hanya bertukar informasi seputar mobil klasik. Jauh dari itu, ada beberapa anggota yang melakukan jual beli hingga barter kendaraan kesayangan. Menurut dia, hal seperti itu sangat lazim dilakukan dalam komunitas PPMKI.
"Komunitas ini untuk silaturahmi, teman baru, obrolan nyambung. Kalau harga mah tidak ada patokan. Harga mobil klasik itu tidak ada patokannya," katanya.
Tidak hanya Anto, penggemar kendaraan antik juga dirasakan rekan satu komunitasnya, Ridwan Irawan. Dia mengaku bahwa menyukai kendaraan jadul sejak dari bangku SMA bersama Anto itu dijadikan investasi. Bukan hanya sekadar hobi, tetapi kendaraan antik yang dikoleksi memiliki harga tertentu.
Bagi Ridwan, memiliki puluhan motor Vespa dan beberapa mobil klasik termasuk VW Kombi Kumis sangat menguntungkan. Menurut dia jika kendaraan biasa setiap tahun harga dipastikan turun dari pasaran. Sedangkan, harga untuk kendaraan klasik setiap tahun akan terus naik.
"Jadi itu, kalau koleksi tidak ada harganya. Nilai sejarahnya itu yang dijual. Kayak motor Vespa Kongo, itu kan sudah tidak diproduksi, kalau ada benar-benar mahal, karena itu tadi," katanya.
Ridwan menyebutkan, memiliki hobi mahal dengan mengoleksi kendaraan tua tentu perlu perawatan. Sama halnya dengan kendaraan lain. Apalagi, kendaraan tua tidak mudah untuk mendapatkan spare part.
Selama membeli kendaraan klasik, Ridwan mengaku paling rewel soal surat-surat. Selama dokumen kendaraan tidak lengkap, dipastikan tidak akan dibeli. Sebab, dokumen kendaraan menurutnya merupakan sebuah hal yang penting.
"Kendaraan-kendaran saya ada yang rawat, ada koleksi khusus. Saya akhirnya memilih satu kendaraan yang dipakai dan akhirnya sisanya saya koleksi saja," ucapnya.
Bagi masyarakat yang ingin mencoba mengoleksi kendaraan klasik, Ridwan berpesan agar harus sabar dalam mengumpulkan spare part dan banyak teliti sebelum membeli. Dia mengatakan, pahami dahulu tipe mobil klasik dan harus cinta. Sebab, koleksi mobil klasik ada seninya.
"Jadi ada kadang mencari barang yang bagus bentuknya masih bersih tetapi bukan ori. Sedangkan yang sudah mati kondisinya, dan mahal lagi. tetapi ori. Saya tetap mencari yang ori," kata dia.
Tim penulis : Yudha Almerio, Fatmawati, Ach Hidayat Alsair, Tama Wiguna, Imron Saputra, Ni Ketut Wira Sanjiwani, Ayu Afria Ulita Ermalia, Indah Permata Sari