Informasi dihimpun IDN Times, ketika itu ada puluhan ribu rumah terendam, puncaknya pada 1 Agustus 1998. Tiga dari enam kecamatan di Samarinda, yakni Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda Ilir dan Samarinda Ulu diserbu air yang meluap dari Waduk Benanga.
Luas genangan saat itu mencapai 36.554 hektare. Bahkan, dalam buku Samarinda Tempo Doeloe: Sejarah Lokal 1200-1999 (2017) tercatat ada 105.835 jiwa dari 18.798 kepala keluarga terdampak banjir.
“Bandara Temindung beserta empat pesawat yang parkir saat itu turut tenggelam,” ucap sejarawan Samarinda, Muhammad Sarip, Sabtu (14/9).
Saat negara dalam kondisi terpuruk pasca kerusuhan besar di banyak kota dua bulan sebelumnya, serta masifnya tuntutan lanjutan reformasi untuk mengadili Soeharto, Presiden Habibie saat tidak bisa langsung mengunjungi Samarinda.
“Dia hanya menyampaikan pernyataan prihatin atas bencana banjir di Kota Tepian,” sebutnya.