Kadinkes Kalbar, Erna Yulianti. (IDN Times/Teri).
Saat dimintai konfirmasi, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar Erna Yulianti menjelaskan, bahwa ketika pasien datang ke puskesmas, kondisinya sudah mengalami pecah ketuban dini dan harus dirujuk ke rumah sakit.
“Hasil pemeriksaan pertama di puskesmas dengan menggunakan USG menunjukkan bahwa pasien ini tidak dapat melahirkan di puskesmas. Setelah diperiksa, terdapat indikasi ketuban pecah dini dan plasenta yang terletak tinggi. Namun, pihak puskesmas sudah menyiapkan diri jika pasien tersebut harus melahirkan di jalan,” jelas Erna.
Sehingga, ketika proses rujukan dimulai, dua bidan dan perlengkapan untuk persalinan di jalan telah disiapkan. Akhirnya, pasien tersebut melahirkan di jalan dengan kondisi normal, namun plasentanya melekat, sehingga pasien harus dirujuk ke rumah sakit.
“Namun, plasenta yang melekat menyebabkan risiko pendarahan. Hal ini bisa saja terjadi, itulah sebabnya kita khawatir jika plasenta harus diekstraksi secara manual. Alhamdulillah, plasenta berhasil diekstraksi di rumah sakit, dan kami berhasil meminimalkan risiko pendarahan,” tambah Erna.
Erna menjelaskan bahwa keterlambatan sampai ke RSUD disebabkan oleh kehati-hatian sopir ambulans dalam menghadapi kondisi akses jalan yang sulit dilalui. Pasien yang dibawa adalah seorang ibu hamil dengan indikasi dirujuk karena pecah ketuban dini, sehingga harus ditangani dengan hati-hati.