Tim SAR masih mencari Bayu Setiawan yang tenggelam di kubangan yang diduga bekas tambang batu bara di Samarinda (Dok. Jatam Kaltim)
Meski demikian dari catatan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim semenjak 2011, korban meninggal di lubang bekas tambang batu bara terus bertambah.
Di Samarinda paling banyak menelan korban, yakni 21 orang. Sementara, di Kutai Kartanegara (Kukar) 13 orang. Sisanya, masing-masing satu orang dari Kutai Barat dan Penajam Paser Utara.
Dari semua kejadian itu. Korban laki-laki berjumlah 26 orang. Sementara perempuan sembilan orang, dan satu lainnya tak berhasil teridentifikasi. Totalnya 35 nyawa menghilang karena lubang tambang.
Sebenarnya pada 22 Agustus 2019 lalu kejadian serupa terjadi Desa Beringin Agung, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara. Korbannya, Hendrik Kristiawan (25) namun lokasi kejadian bukan lubang tambang, hanya rawa tapi berada dalam konsesi PT Singlurus Pratama.
Total korban akibat lubang tambang versi Jatam Kaltim adalah 37 orang jika dijumlah dengan kejadian terbaru.
“Kolam terbentuk karena aktivitas industri pertambangan batu bara, jadi perusahaan harus bertanggung jawab,” terang Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, Pradarma Rupang saat dikonfirmasi pada Senin (24/2).