Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
DSC09145.JPG
Thought Leaders Forum (TLF) ke 34 dengan tema Mendukung Pembangunan Wilayah Terpadu berbasis Perhutanan Sosial melalui Pengembangan Komoditas Unggulan di Jakarta, Rabu 25 Juni 2025. (Dok. YKAN)

Jakarta, IDN Times - Kakao, kopi, durian, hingga langsat kini jadi tumpuan harapan dalam membangun desa-desa di Kalimantan Utara. Komoditas unggulan itu dikembangkan lewat program Integrated Area Development (IAD) Lanskap Kayan, yang membentang di Kabupaten Bulungan.

“IAD seperti ini yang kami harapkan muncul dari kesepakatan nasional. Sinergi seperti inilah masa depan perhutanan sosial Indonesia,” kata Direktur Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Catur Endah Prasetiani, dalam Thought Leaders Forum ke-34, Rabu (25/6/2025).

IAD Lanskap Kayan merupakan wilayah ke-9 dari program serupa yang sudah berjalan di Indonesia, dan telah diresmikan sejak Desember 2023. Program ini diperkuat oleh Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2023 tentang Perencanaan Terpadu Percepatan Pengelolaan Perhutanan Sosial.

Catur menjelaskan, pendekatan IAD mengelola berbagai komoditas unggulan dalam satu lanskap terpadu. Tujuannya? Mendorong efisiensi logistik, memperkuat klasterisasi, dan membuka akses pasar bagi pelaku utama, yakni Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS). Konsepnya juga mengusung kemitraan 4P: People, Private, Public, Partnership.

“IAD ini bisa memperkuat peran pemda dan seluruh pihak dalam membangun ekosistem perhutanan sosial yang kokoh dan berkelanjutan,” tambahnya.

1. Semangat "Tenguyun Hutanku" jadi roh pembangunan desa

Thought Leaders Forum (TLF) ke 34 dengan tema Mendukung Pembangunan Wilayah Terpadu berbasis Perhutanan Sosial melalui Pengembangan Komoditas Unggulan di Jakarta, Rabu 25 Juni 2025. (Dok. YKAN)

Bupati Bulungan, Syarwani, menyambut baik kehadiran IAD Lanskap Kayan. Menurutnya, semangat kolaboratif yang diusung IAD selaras dengan visi daerahnya: “Tenguyun Hutanku.”

Tenguyun, kata Syarwani, merupakan istilah lokal yang bermakna kerja bersama untuk tujuan mulia. “Kami ingin pemanfaatan hutan tetap berpijak pada kearifan lokal tanpa kehilangan potensinya,” ujarnya.

Program IAD Lanskap Kayan sendiri melibatkan 18 desa, dengan cakupan wilayah mencapai 568 ribu hektare. Wilayah ini tidak hanya kaya potensi hasil hutan, tapi juga cocok untuk agroforestri, silvopastura, ekowisata, bahkan peternakan lebah dan minyak atsiri.

2. Kakao dan kopi jadi komoditas andalan

Thought Leaders Forum (TLF) ke 34 dengan tema Mendukung Pembangunan Wilayah Terpadu berbasis Perhutanan Sosial melalui Pengembangan Komoditas Unggulan di Jakarta, Rabu 25 Juni 2025. (Dok. YKAN)

Pemerintah Kabupaten Bulungan sejak awal sudah punya strategi pertanian lewat program Mandau Tani (Komando Strategi Pembangunan Pertanian). Mandau Tani mendorong kedaulatan pangan berbasis lokal lewat pendekatan hulu ke hilir.

Hingga 2022, pengembangan kakao di Bulungan sudah mencakup 634 hektare, dan kopi 308 hektare. Selain itu, desa-desa sepanjang Sungai Kayan juga dikenal sebagai produsen buah lokal seperti durian, langsat, cempedak, hingga jambu madu.

Potensi-potensi itu tak hanya datang dari desa yang memiliki areal perhutanan sosial. “Desa yang tidak punya pun bisa berperan, menjadi hub pengolahan atau pusat pelatihan bagi desa sekitar,” jelas Syarwani. Tujuan besar IAD Lanskap Kayan, lanjutnya, adalah mewujudkan program “satu desa satu produk.”

3. Dukungan penuh dari Pemprov dan mitra strategis

Thought Leaders Forum (TLF) ke 34 dengan tema Mendukung Pembangunan Wilayah Terpadu berbasis Perhutanan Sosial melalui Pengembangan Komoditas Unggulan di Jakarta, Rabu 25 Juni 2025. (Dok. YKAN)

Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Utara, Nur Laila, menyebut bahwa sinergi antara Pemkab dan pemerintah provinsi akan terus diperkuat. Bentuk dukungannya antara lain pelatihan, penyuluhan, dan penguatan kelembagaan.

“Bupatinya luar biasa semangat, kami siap mendukung dari sisi teknis dan kapasitas kelembagaan,” kata Nur Laila.

Sementara itu, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) juga aktif mendampingi IAD Lanskap Kayan. Direktur Terestrial YKAN, Ruslandi, mengingatkan pentingnya menjaga Sungai Kayan yang jadi nadi kehidupan Kalimantan Utara.

“Dia bukan cuma sumber air dan energi, tapi juga rumah bagi keanekaragaman hayati dan budaya masyarakat,” kata Ruslandi. Dengan pendekatan seperti IAD, lanjutnya, kelestarian dan kesejahteraan bisa jalan beriringan.

“Kalau masyarakat merasakan manfaat dari menjaga alam, maka mereka akan menjaga alam itu dengan sepenuh hati,” tuntas dia.

Editorial Team