Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi beras (dok. Bulog)
Ilustrasi beras (dok. Bulog)

Samarinda, IDN Times – Krisis pangan kini menjadi ancaman nyata bagi Kalimantan Timur (Kaltim) seiring perubahan iklim ekstrem, kemarau panjang, dan gangguan distribusi. Pemerintah Provinsi Kaltim pun menetapkan status siaga, sekaligus menyiapkan cadangan pangan sebanyak 506 ton beras untuk mengantisipasi dampaknya.

Sejumlah daerah seperti Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara (PPU), Kutai Barat, hingga Mahakam Ulu menjadi prioritas penanganan karena terdampak kekeringan, penurunan produksi pangan, hingga lonjakan harga kebutuhan pokok.

1. Langkah pemerintah

ilustrasi panen padi (pexels.com/Safari Consoler)

Sekretaris Dinas Pangan, Tanaman dan Hortikultura (DPTPH) Kaltim, Rini Susilawati, menyebut ancaman krisis pangan tidak hanya menyangkut stok, tapi juga distribusi dan harga.

"Kita sudah bergerak dengan peningkatan produksi lokal, peningkatan produktivitas, serta penguatan cadangan pangan oleh provinsi dan kabupaten/kota," ujar Rini.

Upaya lain meliputi pengurangan ketergantungan pada beras luar daerah dan memastikan distribusi berjalan lancar.

2. Data dan program

Panen padi. (IDN Times/ Agung Sedana)

Berdasarkan data, luas baku sawah di Kaltim tahun 2024 mencapai 46.640 hektare, namun sekitar 3.000 hektare tidak produktif. Tahun ini, pemerintah mendapat program optimasi lahan 3.000 hektare di enam kabupaten dan cetak sawah 1.890 hektare.

"Targetnya, indeks pertanaman bisa meningkat. Lahan yang sebelumnya panen sekali, bisa menjadi dua kali bahkan 2,5 kali setahun," jelas Rini.

3. Antisipasi kemarau

Ilustrasi kemarau (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Rini menegaskan pentingnya percepatan tanam usai panen untuk mengantisipasi kemarau tiga bulan ke depan. Pemerintah juga memperkuat sistem pemantauan berbasis data serta koordinasi lintas sektor.

"Krisis pangan ini tantangan, tapi juga peluang untuk mewujudkan kemandirian pangan Kaltim," tutupnya.

Editorial Team