Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
07db71ba-5095-4f88-a583-fde9f6a133d6.jpeg
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, Jaya Mualimin. (Dok. Istimewa)

Samarinda, IDN Times – Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman serius bagi warga Kalimantan Timur. Namun kabar baiknya, tren kasus DBD dalam dua tahun terakhir menunjukkan penurunan signifikan.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, Jaya Mualimin, menyebut keberhasilan ini tak lepas dari peningkatan kesadaran masyarakat menjaga kebersihan lingkungan. Ia menekankan pentingnya langkah pencegahan sederhana seperti menjaga kebersihan, menguras dan menutup wadah air, serta segera berobat jika mengalami demam tinggi.

1. Kasus DBD turun, tapi Balikpapan masih tertinggi

Kota Balikpapan. (IDN Times/Erik Alfian)

Setelah pandemi COVID-19, kasus DBD sempat melonjak hingga 6.000 kasus per tahun. Kini, jumlahnya turun drastis dengan hanya 11 kasus kematian hingga September 2025, dibandingkan 45 kasus pada 2023.

Meski begitu, Balikpapan masih menjadi daerah dengan kasus tertinggi (987 kasus), disusul Kutai Kartanegara (689), Samarinda (544 kasus), Kutai Timur (400 Kasus), Bontang (287), Paser (272 kasus), PPU ( 174 kasus), Kubar (166 kasus), dan Berau (51 kasus). Sementara Mahakam Ulu mencatat kasus paling sedikit dengan hanya delapan laporan.

2. Anak-anak paling rentan terinfeksi DBD

Demam tinggi menjadi gejala demam berdarah pada anak. (Pixabay.com)

Analisis Dinkes menunjukkan sebagian besar kasus terjadi pada anak usia di bawah 14 tahun. Untuk itu, Dinkes Kaltim bekerja sama dengan sekolah dasar dalam program edukasi dan pemeriksaan dini.

“Kami mewajibkan semua puskesmas dan rumah sakit menyediakan tes cepat DBD agar hasil bisa diketahui dalam 15 menit,” ujar Jaya.

3. Dinkes dorong gerakan 3M Plus di lingkungan warga

ilustrasi fogging, salah satu cara memberantas demam berdarah (flickr.com/CDC Global)

Untuk menekan penyebaran DBD, masyarakat diimbau rutin melakukan gerakan 3M Plus: menguras tempat air, menutup wadah air, memanfaatkan kembali barang bekas, serta menambah langkah “plus” seperti mengubur atau membakar barang yang berpotensi jadi sarang nyamuk.

“Nyamuk ada di sekitar kita, tapi dengan menjaga kebersihan lingkungan, mereka tidak akan berkembang biak. Mari bersama wujudkan Kaltim bebas DBD,” tutup Jaya.

Editorial Team