Infografis kawasan bentang alam karst (IDN Times/yuda almerio)
Di Kaltim sumber daya kast tak hanya ada di Desa Sekerat. Ekosistem ini menjadi satu kesatuan. Lebih populer disebut dengan kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat. Membentang seluas 1,8 juta hektare di 13 kecamatan Kutai Timur juga Berau (Balai Pelestarian Cagar Budaya Kaltim, 2017: 39).
Pada Mei 2015 lalu kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat masuk daftar nominasi situs warisan dunia versi United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Namun jutaan hektare itu tak semuanya kawasan bentang alam karst. Suatu daerah baru dapat disebut kawasan bentang alam karst atau kawasan lindung geologi jika memiliki dua unsur. Eksokarst dan endokarst.
Eksokarst adalah rupa alam di atas permukaan tanah seperti air terjun, patahan, bukit, lembah, atau menara karst. Adapun endokarst ditemukan di bawah tanah seperti gua dan sungai bawah tanah. Premis itu tertuang dalam beleid Permen ESDM No 7/2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst (selengkapnya lihat grafis). Nah, kawasan karst di Desa Sekerat sebenarnya memiliki itu. Sumber air bersih ditambah dengan Gua Segege.
Sementara untuk fauna, tim penelaah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama The Nature Conservancy berhasil mengidentifikasi 120 jenis burung, 88 jenis ikan, 38 jenis kelelawar, 147 jenis ular, 200 jenis serangga. Sedangkan flora tercatat 400 jenis. Semua ragam hayati itu berdiam di kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat Berau maupun Kutim (Balai Pelestarian Cagar Budaya Kaltim, 2017 hal 41).
“Sumber inilah yang harus kita jaga bersama. Jangan sampai anak cucu kita nanti, tak bisa lagi menikmati kekayaan alam ini,” tegas Monika lagi.
Terpisah, Sekretaris Desa Sekerat Zulkifli juga tak membantah jika sebagian besar warga mendukung pembangunan pabrik semen di kawasan Sekerat. Alasannya serupa. Desa yang dekat dengan tubir laut ini jauh dari pembangunan dan minim lapangan pekerjaan. Namun demikian dirinya juga tahu jika sejumlah anak muda justru menolak pembangunan tersebut. Paling bikin waswas tentu hilangnya sumber daya air bagi warga.
“Semua ini sudah dikaji selama belasan tahun. Untuk titik mata air masih aman. Dampak negatif pasti ada, namun lebih dipikirkan soal pertumbuhan ekonomi masyarakat,” tutur Izul.
Dia menuturkan, gunung karst yang ada di Sekerat tak akan habis ditambang. Jumlahnya ratusan hektare dan hanya sekian persen yang bakal dikeruk. Pemerintah juga sudah mengkaji, 80 meter dari permukaan laut tak boleh ditambang. Jadi hanya sebagian saja.
Dengan adanya investor, besar harapan Desa Sekerat juga berkembang seperti daerah lainnya. Bahkan bisa menjadi 'Sangatta kedua'. Rencana itu sudah dplotkan pada 2023-2027 nanti infrastruktur desa dibangun. Mulai dari jalan, listrik 24 jam, air bersih hingga kantor-kantor. Pun demikian dengan pariwisata juga bakal tersentuh.
“Sangat disayangkan bila sumber daya alam tak dimanfaatkan sebaik-baiknya, Sekerat bakal tetap seperti adanya sekarang. Ingat Sangatta dulu tak seperti sekarang. Dengan adanya perusahaan, Sangatta menjadi kota,” sebutnya.